Seminggu setelah Pengumuman Pindah, Ngapain Aja? Tentang Filosofi Pindahan!

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - December 15, 2024

Foto kemarin, sore hari di Megamas

Tak terasa, seminggu (lebih) sudah waktu berlalu sejak pengumuman paksu pindah ke Jakarta. Jika minggu kemarin, kami masih bengong tak tahu harus mulai dari mana. Maka, minggu ini sebaliknya. Manusia hanya butuh waktu untuk mencerna semuanya, termasuk perubahan. Tenang saja. Siapa pun sejatinya bisa menerima kenyataan kok. 

Sesaat setelah menerima pengumuman, kami tak lupa mengucap syukur. "Alhamdulillah" seolah menjadi kata wajib yang selalu keluar dari mulut kami setelah mendengar keputusan bertugas di mana. Dari mulai OJT di Lampung dan Banjarmasin, penugasan di Balikpapan, lanjut Medan, promutasi ke Manokwari, tugas belajar ke Jepang, penugasan ke Manado, promosi setempat di Manado, dan kini mutasi ke pusat (Jakarta). Kami selalu bilang "ALHAMDULILLAH" karena memang itulah yang terbaik yang dikasih Allah. :)

Terus, udah ngapain aja selama seminggu ini? Berikut update-annya (sekaligus jadi rekapan buatku):

  1. Sabtu >> jalan-jalan sekitaran Manado plus menikmati kuliner khas Sulut (ini mah masih kayak biasanya di akhir minggu)
  2. Minggu >> idem dengan yang di atas
  3. Senin >> mengurus proses kepindahan Taka (info ke sekolah yang sekarang & calon sekolah baru), syukur Alhamdulillah semua dipermudah masyaallah (makasih orang-orang baik)
  4. Selasa >> persiapan acara HUT ke-25 PIPEBI di kantor jadi enggak mikirin pindahan, yang penting perihal sekolah Taka sudah lumayan jelas
  5. Rabu >> acara HUT ke-25 di kantor dari pagii, baru bisa fokus pindahan sore harinyaa
  6. Kamis >> berhubung kami masih antre rumah dinas yang dekat dengan sekolah Taka jadi untuk sementara tinggal dulu di apato dekat situ (urusan tempat tinggal sementara beres), transaksi barang yang beli di temanku untuk kenang-kenangan di sini, update barang-barang yang akan dijual & dikasihkan (rangorang pada gercep)
  7. Jumat >> Rabu & Kamis sejatinya kegiatan sempat terhambat karena Sulutenggo mengalami blackout (silakan cek di google) sehingga Jumat ya lanjut memproses semuanya
  8. Sabtu >> nyicil packing berdasarkan kelompok 
  9. Minggu >> ambil bingkisan yang akan dibagi-bagi Taka untuk teman-temannya sekelas (Senin besok terakhir ujian sekolah jadi harapannya semua anak masuk)
Alhamdulillah, udah mulai terlihat nyata progress-nyaa. Ada yang nanya untuk barang-barang gimana nasibnya? Begini:
  1. Mobil >> akan kami kirim ke Jakarta, tapi enggak sekarang karena masih dipakai.
  2. Barang-barang besar seperti kulkas, AC, printer, air purifier, alat pijat, TV, microwave, dispenser, sepeda Taka, sepeda lipat, dan semacamnya kami jual sesuai dengan akumulasi penyusutannya.
  3. Pakaian-pakaian >> pastinya ada yang dibawa, sisanya dikasih/disumbangkan.
  4. Buku-buku >> dikasih biar bermanfaat, Alhamdulillah satset pada gercep.
  5. Mainan >> dibawa kalau ini walau ada yang dikasih juga 🤭.
  6. Printilan-printilan seperti piring, sendok, dan teman-temannya >> dikasih.
Udah kebayang kan ya nanti pindahan barangnya gak sebanyak imajinasi orang-orang. 

Buatku yang nomaden, filosofi orang pindahan itu seperti simulasi kalau kita mau meninggalkan dunia ini. Apa yang dibawa? Enggak ada, selain amal perbuatan. Apa yang ditinggalkan? Moga-moga hal bermanfaat buat yang masih hidup, bukan yang mengandung dosa jariyah. Ngumpulin apa aja selama di dunia? Lagi-lagi, semoga hal yang bermanfaat yang kelak efek baiknya masih terus mengalir walaupun kita sudah tidak ada lagi di sini. 

Filosofi orang pindahan ini juga makin mengingatkan bahwa jangan terlalu memiliki kemelekatan (sampai posesif to the max) terhadap segala sesuatu. Kenapa? Karena semua itu harus kita tinggalkan kalau pindah agar tak membebani diri sendiri, membebani langkah, enggak merepotkan. Bawalah yang benar-benar super penting seperti segala macam gadget untuk kerja, ijazah/sertifikat/paspor/apalah itu yang serupa, dan hal-hal yang berkaitan. Percuma juga kalau kita bawa-bawa sesuatu yang nanti hanya untuk ditumpuk, lupa tidak digunakan. 

Filosofi orang pindahan ini mengingatkan bahwa sejatinya kebutuhan manusia itu bukannya tidak terbatas, tapi terbatas. Toh, makan sepiring juga udah kenyang. Punya sepatu 10 enggak dipakai dalam waktu bersamaan. Jadi yang tidak terbatas itu apa? Keinginan. Sehingga, menjadi nomaden ya semacam pengontrol diri terhadap beragam keinginan yang enggak penting-penting amat, keinginan menumpuk-numpuk dengan excuse mengoleksi barang. Ya walaupun pada akhirnya semua bisa bermanfaat ketika dikasihkan orang dan digunakan oleh orang tsb (masih mending/termaafkan🤭).

PR bgts: pesan souvenir paksu untuk rangorang kantor, jadwalin farewell, ngadain pengajian perpisahan, ke sekolah Taka yang baru sekalian ambil surat keterangan + souvenir yang aku pesan di temanku, serah terima tugas organisasi, & bikin tayangan terakhir untuk organisasi. 

Semoga semuanya lancar sehingga aku bisa meninggalkan kota Manado ini dengan tenang tanpa beban. Aamiin.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)