Haloha. Udah menginjak hari keempat bulan Maret. Sebagaimana janjiku pada diri sendiri, walaupun hanya Allah saja yang tahu karena aku enggak woro-woro sebelumnya, bahwa di Maret ini aku pengin bangett rajin ngeblog. Harus. Entah gimana caranya. Enggak peduli sedang enggak di rumah seperti sekarang. Enggak peduli sedang ngerjain hal lain yang lebih penting. Pokoknya harus banget satu hari satu tulisan di sini. Kalau toh enggak sempat bikin tulisan baru, kita bisa juga posting tulisan lama. Seperti yang aku lakukan sekarang (dan sebelum-sebelumnya). Fyi, salah satu kebiasaanku emang nulis di catatan tentang apa saja baik hal-hal receh maupun resume terkait keilmuan/ceramah. Poin utamanya buat reminder diri sendiri sihh, tapi ternyata berguna juga untuk bahan ngeblog apalagi jika waktu sedang tak memungkinkan untuk berlama-lama ngetik. Catatan-catatan lama itu ibarat tabungan yang bisa kita gunakan saat butuh.
Seperti sekarang misalnya, aku posting catatan resume bedah buku yang kuikuti tahun lalu. Langsung aja yess.
Sumber foto: IG perpusBI |
Buya Hamka
Pujangga, sastrawan, ulama, pahlawan (ikut perang melawan penjajah), dan content creator (aktif di radio, kaset, televisi, dan menulis 100-an buku).
Buya Hamka pernah dalam fase disuruh mengaji, malas >> malah nonton film. Padahal, sebagaimana kita tahu beliau adalah salah satu ulama besar.
Kalau dilihat dari apa yang sudah beliau lakukan, maka sangat pantas jika Buya Hamka diperkenalkan pada generasi muda karena so related.
Catatan untuk generasi sekarang:
1. Buatlah hal inspiratif yang bisa melintasi zaman seperti Buya Hamka.
2. Reminder untuk semua: apa yang ingin kita "tinggalkan" untuk generasi penerus. Kira2 apa yang nanti mereka lihat dari kita? "Nenek moyangku kok dulu galau mulu/marah2 terus di medsos" atau "Wah, ternyata nenek moyangku banyak melakukan hal2 positif"
Tantangan menulis buku biografi:
1. Me-menage informasi yang begitu luas
2. Selebihnya tak terlalu ada kesulitan berarti karena Buya Hamka adalah sosok yang sangat jujur to the max (no jaim jaim klub)
Poin penting di buku ini:
1. Hamka sebagai anak harapan keluarga, terutama ayah. Padahal tak selamanya keinginan ayahnya sama dengan keinginannya >>> related dengan kondisi anak-anak zaman sekarang. Tapi hebatnya Hamka dia bisa menyelaraskan semuanya tanpa harus timbul konflik.
2. Hamka dan Soekarno: boleh dibilang love and hate relationship
- Hamka suka baca tulisan Soekarno dan Soekarno suka baca tulisan Hamka, mereka saling mengagumi
- Tapi di masa kepemimpinan Soekarno, Hamka dipenjara tanpa sebab
- Saat Soekarno meninggal, ia request disholatkan Hamka, dan Hamka dengan legowo tanpa dendam sama sekali menyanggupinya.
Hal positif yang nyata bisa kita tiru dari Buya Hamka adalah tidak mendendam.
Saat Buya Hamka dipenjara tanpa dasar/tanpa sebab, dia menerimanya dengan legowo. Ketika kemudian Buya Hamka bisa keluar dari penjara, alih-alih balas dendam, beliau malah bersyukur dengan bilang, "Untung dipenjara, selesai deh itu tafsir".
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)