Ehm, jujur, kadang suka sedih kalau Manado di-judge aneh-aneh oleh oknum. Apalagi jika oknum tsb enggak pernah ke sini atau hanya ke sini beberapa detik. Sedangkan yang udah tinggal di sini lebih dari setahun/dua tahun saja pastinya masih ada hal-hal yang belum diketahui, bukan. That's why aku buat tulisan spontan ini. Sejauh ini, bagi kami, Manado baik-baik aja dan nyaman-nyaman aja. Alhamdulillah.
Tahun ini, Allah masih menakdirkan kami untuk puasa di Bumi Nyiur Melambai, Manado, ibu kota Sulawesi Utara. Yups, suamiku masih bertugas di kota yang sama. Jadi terhitung sejak Mei 2021, tahun ini adalah kali kedua kami menjalankan ibadah puasa di Manado.
Bagaimana rasanya? SERU.
Terkesan jawaban normatif, padahal enggak. Emang SERU beneran. At least, Allah memberi kami kesempatan untuk mengeksplorasi kota yang terkenal dengan keindahan pantainya ini.
Sezuzurnya, ramadan di perantauan bukanlah kali pertama bagiku. Sejak menikah, sudah bisa dipastikan kalau ramadan-ku hampir selalu di perantauan, bukan di kampung halaman.
Yang kerap ditanya teman-temanku di Jawa adalah... seperti apa rasanya puasa di tempat dimana kita adalah minoritas? Yeah, sebagaimana kita ketahui bahwa umat muslim di sini bukanlah mayoritas.
Kalau menurutku pribadi, jujur, enggak jauh beda. Ya, sebagaimana puasa pada umumnya. At least, masih di Indonesia, bahasanya masih bahasa Indonesia, masjid juga ada meskipun enggak sebanyak di Jawa tapi juga enggak sejarang di Jepang, makanan juga masih khas Indonesia.
Barulah benar-benar beda saat kami tinggal di Jepang beberapa tahun silam. Kalau itu memang beda bangettt.
Selama masih di Indonesia mah sama kok. Di sini juga ada kampung muslim. Takjil pun dijual di jam-jam menjelang buka puasa. Enggak ketinggalan, lagu-lagu Maher Zain diputar di beberapa tempat, yang notabene hal tsb tak pernah kutemui saat masih tinggal di Jepang. Dan satu lagi, anak sekolah ada libur awal puasa.
Intinya, menurutku vibes-nya masih RAMADAN banget, enggak yang 180 derajat berbeda.
Bilapun memang ada yang berbeda adalah... aku merasa tahun ini lebih ramai karena pandemi dianggap sudah tidak ada.
Seperti hari ini misalnya, ketika aku belanja untuk berbuka. Tempat belanja yang setahun lalu biasa saja, hari ini luar biasa ramaii. Pun tempat beli takjil. Entah aku yang salah jam atau gimana, tapi yang jelas... ramaiii bangett. Sedikit berbeda dengan tahun lalu yang bisa bernafas lega.
Di mana pun berada, insyallah ada banyak hal yang bisa kita pelajari, termasuk ketika harus menjalani bulan puasa lagi di tempat yang sama. Enggak masalah sih sebenarnya di mana, yang paling penting adalah bersama siapa. Alhamdulillah, Allah masih memberikanku kesempatan menjalankan puasa kedua di Manado bersama anak dan suami tercinta.
Bukuku tentang Manado yang kutulis tahun 2021, 7 bulan setelah tinggal di sini. Bisa dibeli secara online. |
(Tulisan ini disertakan dalam Ramadan Blog Challenge yang diselenggarakan Blogger Perempuan)
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)