Seminggu yang lalu, di sekolah anakku ada pengajian ibu-ibu. Temanya menarik banget, yakni tentang IKHLAS.
Ustadz mengatakan bahwa ikhlas adalah sebagaimana surat Al-Ikhlas, tak ada kata "ikhlas" di sana.
Ikhlas juga berarti sesuatu (kebaikan) yang dilakukan kemudian dilupakan. Karena sejatinya yang harus kita ingat adalah kebaikan orang lain.
Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil, misal dengan tidak banyak menuntut pada orang sekitar.
Ustadz juga menekankan bahwa tips penting agar ikhlas adalah dengan banyak membaca Al-Qur'an beserta mendalami maknanya. Jika dihayati, hal tersebut bisa semakin mengingatkan kita bahwa sejatinya tak ada yang abadi di dunia ini. Kita juga enggak ikut memiliki karena semua hanyalah titipan.
Ngomong-ngomong soal IKHLAS, aku juga jadi ingat postinganku beberapa waktu yang lalu di Instagram, pas hari ulang tahun pernikahanku yang ke-14. Seperti ini bunyinya.
Enggak nyangka, separuh hidupku lebih kuhabiskan bersamamu. Ini semacam pengingat untukku yang notabene seorang ibu bahwa kebersamaan kita dengan anak memang tidak akan lama. Suatu hari, ia pasti punya kehidupan sendiri. Jujur, baper, lebih baper daripada saat pertama kali bertemu denganmu.
Tapi, hidup memang sekumpulan rasa IKHLAS, bukan.
Anak perempuan: sejak kecil dijaga dan disayang-sayang ayah, sudah besar diambil orang. Eehh, enggak ding, maksudnya punya kehidupan sendiri bersama lelaki idaman bernama suami.
Anak laki-laki: sejak kecil disayangi ibu, ketika sudah dewasa bersama perempuan lain bernama istri.
Suami: bekerja keras membanting tulang, saat dapat uang harus rela untuk kepentingan keluarga karena tanggung jawab besar ada di pundaknya.
Istri: boleh jadi saat masih sendiri selalu jadi yang terdepan, saat sudah menikah biar gimana harus menghormati suami sebagai imam.
Masyaallah.
That's why, saling menghargai adalah koentji.
Satu hal yang pasti, mengenalmu (suamiku) adalah salah satu anugerah dalam hidupku. Terima kasih juga pastinya selalu aku persembahkan untuk cinta pertamaku alias bapakku tersayang (almarhum) yang sudah mengizinkanku menikah di usia muda. From ijazah (wisuda) to ijabsah (menikah).
Semoga kami bisa menjadi anak, pasangan, orang tua, masyarakat, serta hamba Allah yang lebih baik lagi. Aamiin.
Semoga kita semua bisa jadi hamba yang ikhlas, ya. Sungguh, setan pun lemah menghadapi orang ikhlas (dan sabar) karena mau dikompori seperti gimana pun tetap saja konsisten dengan prinsip IKHLAS-nya. Begitu katanya.
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)