Pulang ke Kampung Halaman, Kali Keempat di 2022
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - November 19, 2022
"Pulang kampung lagi lebaran tahun depan, ya?" tanya Ibu sembari melepas kepergianku ke Bumi Nyiur Melambai, Manado, Mei 2022 kemarin.
Sejak merantau atau hidup berpindah-pindah mengikuti suami ditugaskan belasan tahun silam, kalimat di atas sudah menjadi pertanyaan retoris. Betapa tidak, ibu sudah sangat paham bahwa kami tak mungkin bisa sering-sering pulang. Alasannya jelas: berat di ongkos. Daripada uang habis hanya untuk tiket pulang, lebih baik ditabung untuk masa depan. Begitulah pesan beliau ketika aku mengawali "karir" sebagai kaum "nomaden". Itu sebabnya, "ritual" pulang kampung lebih banyak kami lakukan saat lebaran sebagaimana para perantau pada umumnya. Bilapun aku pulang di luar waktu tersebut, pastinya untuk hal yang tidak biasa: berobat, bapak sakit, atau urusan lain yang sifatnya urgent.
Namun, ibarat pepatah: lain di mulut lain di hati. Pun ibuku. Mana tahu kalau ternyata beliau berharap anak bungsunya sering pulang walau hanya sebentar. Sikap dan raut wajah tak bisa disangkal, bukan. Ibu yang meyakinkan enggak sering pulang enggak masalah yang penting sehat & bisa menabung, tapi ibu pula yang paling semangat ketika kami bisa sungkem ke beliau di luar momen lebaran. Tipikal generasi masa lalu banget ya yang begitu sulit mengungkapkan rasa sayang secara verbal meskipun hati berkata sebaliknya. Xixixixi.
Dan, doa tulus ibu kepada anak-anaknya SELALU didengar oleh Yang Maha Kuasa.
Setidaknya, hingga tulisan ini terbit, sudah EMPAT kali aku pulang kampung di 2022. Masih wajar jika hanya beda kota, tapi ini beda pulau. Jelas, hal tersebut sedikit di luar nalarku. Tapi, manusia bisa apa kalau Allah sudah berkehendak. Lagi dan lagi kubuktikan, rencana Allah jauh lebih baik daripada khayalan dan angan-angan manusia. Percaya, Allah Maha Kaya. Masyallah.
Pulang kampung pertama, awal 2022 saat bapakku meninggal. Maafkan karena aku belum bisa terlalu banyak bercerita tentang ini. :) Meskipun sudah sangat rida dengan ketetapan Allah, meskipun kerap bilang ke diri sendiri kalau bapak hanya beda dimensi dan beliau selalu ada di hatiku, tapi tetap saja yang namanya perpisahan karena kematian dengan orang yang sangat kita cintai adalah peristiwa luar biasa. Kadang, kita harus skip atau tidak membahasnya, lebih baik selalu didoakan saja. :)
Pulang kampung kedua, saat lebaran. Boleh dibilang, ini sangat mainstream. Sebagaimana kutulis di awal, sejak merantau, kami menggunakan lebaran sebagai momen wajib untuk pulang kampung (poelkam). Hanya sekali saja aku enggak poelkam, yakni saat masih tinggal di Jepang dua tahun silam. Selain tiketnya yang super-mahal (tiga orang lumayan banget kan), juga imbas kebijakan pemerintah setempat untuk tidak pergi ke luar negeri karena kasus Covid-19 masih tinggi-tingginya.
Pulang kampung ketiga, Juli 2022 atau dua bulan setelah lebaran. Rute kami saat itu: Manado - Makasar (bertiga), kemudian Makasar - Denpasar (aku dan Taka, Mas Ryan lebih dulu pergi), dan Denpasar - Surabaya (aku dan Taka aja). Momen Mas Ryan dinas ke Makasar kemudian Bali pas banget dengan momen Taka libur kenaikan kelas. Setelah mempertimbangkan berbagai macam hal, aku dan Taka memutuskan ikut sekalian poelkam. Sambil menyelam minum air sih ya namanya. Meski hanya seminggu di kampung, tapi lumayan banget bisa nge-charge energi kasih sayang dengan keluarga besar.
Pulang kampung keempat, November 2022. Ini pun di luar rencana. Berawal dari Mas Ryan yang mendapat promosi dan harus mengikuti pendidikan selama dua bulan di Jakarta, aku yang awalnya enggak berencana menyusul, berubah pikiran karena suami memengaruhi. Sekalian menengok keluarga mumpung masih bisa, begitu katanya. Alhasil, kami di Jakarta sebulan, kemudian lanjut di sini (Batu). Taka pastinya sangat senang karena selain bertemu saudara ia juga bisa naik kereta api lagi. Ya, aku dan Taka ke Malang dengan naik kereta Gajayana. Tombo kangen banget ya karena selama di Negeri Sakura kami selalu menggunakan kereta sebagai moda transportasi. Bersyukurnya lagi, guru TK-nya Taka di Manado, Bu Vita, mengizinkan sekolah jarak jauh (online) selama Taka di Jawa. Alhamdulillah.
"Kamu ke Malang kapan?"
"Tiketnya gimana, Nduk?"
"Hati-hati soalnya sama Taka aja!"
Pertanyaan pertama ditanyakan beberapa kali oleh Ibu sejak aku di Jakarta pertengahan Oktober kemarin. Beliau tidak sabar ingin bertemu dengan cucu laki-lakinya. Sedangkan yang kedua dan ketiga sudah biasa Ibu sampaikan ketika aku hanya ngebolang berdua dengan Taka saja.
Untuk poin ketiga, alhamdulillah sejauh ini Taka bisa diajak kerjasama. Dia seolah tahu bahwa takdir hidupnya memang berkelana sehingga ya memang harus bisa beradaptasi di mana pun itu.
Poin kedua, sejatinya tidak hanya Ibuku saja yang khawatir. Aku pun. Semua orang yang merantau mungkin. Huehehe. Bagaimana tidak, sebagai pengguna tiket pesawat (karena moda satu-satunya antar-pulau yang cepat hanya itu), kami kerap dihantui harga melambung atau kehabisan kuota.
Bersama kesulitan, ada kemudahan.
Begitu katanya.
Ehm, kalau boleh kubilang, bukan kesulitan sih, tapi tantangan lebih tepatnya. Yups, semua tahu bahwa tantangan sebagai perantau adalah harga dan ketersediaan TIKET. Namun, seolah menjawab keresahan kaum nomaden, bersyukur, zaman sekarang banyak kemudahan, salah satunya dari aplikasi yang sudah kami pakai beberapa tahun belakangan ini: tiket.com.
Setidaknya, inilah manfaat yang kami rasakan dari aplikasi yang menjadi pioner travel agent di tanah air sejak 2011:
1. Bisa diakses dari mana saja dan kapan saja selama gadget atau device kita terhubung dengan internet.
Tak sekali dua kali, aku butuh tiket mendadak. Alhamdulillah, semua bisa teratasi dengan hanya membuka aplikasi.
2. Banyak promo
Ini mah kesukaan semua orang, termasuk aku. Siapa sih yang menolak PROMO. Enggak hanya promo tiket transportasi (pesawat atau kereta api), tapi juga yang lain. Seperti saat aku dan Taka ke wahana permainan di Jakarta Selatan beberapa waktu yang lalu. Kami mendapat harga spesial karena beli melalui tiket.com. Sungguh, nikmat Allah mana yang kita dustakan banget, ya. Xixixixi.
3. Bisa refund atau reschedule
Barang yang sudah dibeli tak bisa ditukar kembali tidak berlaku di sini karena kita bisa refund atau sekadar reschedule. Lumayan banget enggak rugi-rugi amat. Siapa pun enggak mau perjalanannya batal, tapi jika ada hal di luar kuasa yang terjadi, pastinya tak ada yang bisa menghalangi. Sebagaimana yang kualami saat gagal ke Korsel beberapa tahun yang lalu karena hamil. Teman-teman bisa membaca kisah lengkapnya di blog ini. Hehe.
4. Ibarat kantong DORAEMON, semua tiket ada!
Enggak hanya mengakomodasi tiket perjalanan saja, tapi hampir semua aspek kehidupan. Tinggal mau yang mana, itu saja. Kantong Doraemon banget, kan.
5. Ada poin plus bagi pelanggan setia
Berbahagialah jika kita termasuk pelanggan loyal karena ada apresiasi berupa poin yang nanti bisa kita tukar.
6. Teman setia di perjalanan
Bagaimana tidak, jika bingung, kita bisa bertanya langsung melalui WA, email, atau telepon call center. Layanannya 24 jam!
7. Referensi perjalanan melalui blog
Boleh dibilang, ini poin yang paling kusuka. Tulisan-tulisan berupa pengalaman perjalanan, tips-tips, serta fakta menarik tentang destinasi tertentu pastinya memberikan informasi dan menambah referensi kita, bukan.
Aku yakin, selain tujuh hal di atas, masih banyak manfaat lain yang diberikan tiket.com (yang mungkin sudah dirasakan teman-teman).
Sungguh, rasanya tak bisa dideskripsikan, ada berapa banyak perantau yang bisa bersua dengan keluarga tercinta karena aplikasi ini atau ada berapa banyak keluarga yang bisa bercengkerama dengan pergi ke tempat-tempat favorit mereka dengan memanfaatkan promo di sini.
Aku pun. Empat kali pulang kampung di 2022 ini dengan moda pesawat dan kereta, semua dengan memanfaatkan apa yang ditawarkan tiket.com.
Jangan fokus pada jaraknya jika saat ini kamu sedang berjauhan dengan keluarga tercinta. Jangan. Tapi fokus saja pada kemudahan yang bisa kamu terima. Zaman sekarang sering bercengkerama dengan yang tersayang meski jarak memisahkan boleh dibilang adalah sesuatu yang biasa. Meskipun tak bisa setiap hari/setiap minggu/setiap bulan bertemu, tapi setidaknya bisa lumayan lebih sering daripada dulu.
18 comments
Ibunya Mbak mirip banget ibuku. Dulu, pas masih tinggal beda kota katanya ga sering pulang gpp, asal sehat dan bisa nabung. Tp beliau paling seneng kl kami pulang kampung. Hhhh
ReplyDeleteMemang ya, kl beda pulau mesti nyiapin budget lebih buat tiket pesawatnya
Terakhir ke Manado tahun 2015, liburan bareng keluarga. Hehe. Tahun ini pun saya baru mudik sekali waktu lebaran dan itu cuma 4 hari. Heiikks.. Akhir atau awal tahun depan berencana mudik lagi, tiketnya harus diplanning dari sekarang nih..
ReplyDeleteKalau udah kenal tiket.com sebenarnya enak buat mudik. Bisa pesan jauh hari dan pilih harga termurah.
ReplyDeleteYa Allah jadi mupeng pingin coba pulang kampung pake aplikasi tiket.com
ReplyDeletePandemi mulai mereda, jalan-jalan mulai bebas lagi ya, Mbak. Tiket jadi kebutuhan primer, harga pun jadi faktor penting. Dengan tiket.com semua aman terkendali.
ReplyDeleteyaampun jadi inget pengen pulang banget...kayanya harus pending sampai bulan depan nih hiks...
ReplyDeleteSama seperti ibuku juga begitu, setiap nelpon pasti ditanya kapan pulang? padahal kalau merantau urusan pulang kampung itu banyak dramanya.
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteRejeki bisa tilik saudara, silaturahm dan saling betatap muka ini rejeki yang luar biasa sih yaa.. Di waktu yang cukup lama, agar anak bisa mengenal kampung halaman Ibu dan Ayahnya.
Senang sekali keliling Jawa juga.
Semoga diberi kemudahan demi kemudahan atas segala perjuangannya, kak Miyosi.
Halo Mbak Miyosi, ini pertama kali aku berkunjung ke blog Mbak. Namany unik banget, ga sangka ternyata perjalanan nomadennya kemana-mana sampai keluar negeri. Aku jadi fokus ke perjalanan berduka Mbak, semoga Allah mudahkan ya. Pankapan kalau udah siap bisa berbagi di artikel Mbak
ReplyDeleteKita hidup di era banyaakkk Aplikasi yg ngebantu dan memudahkan bgt ya.
ReplyDeleteJadinya mau pulang kampung berkali kali juga gampil
makasiii sharing nya ya
Aku juga ikut merasakan apa yang Mbak alami. Aku juga pun begitu, Mbak. Sebagai anak rantau yang mengikuti suami, kadang jauh dari keluarga rasanya gimana gitu, tapi memang bagi kita kuantitas waktu tidak seperti dulu ya, Mbak...Kualitas waktu yang bisa kita sediakan bagi keluarga saat pulang kampung
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang untuk bepergian jadi lebih mudah dan praktis kalo beli tiket ya, Mbak. Bisa pakai tiket.com, nggak perlu datang ke stasiun, bandara atau agen untuk pesan dulu. Semoga saya juga berkesempatan mudik bulan depan
ReplyDeletedimanapun kita berada selalu merindukan rumah, tempat yang nyaman untuk melepas lelah, melepas rindu
ReplyDeleteSetiap ibu tentu ingin bisa sering ketemu anak ya mbak
ReplyDeleteTapi juga pengertian,melihat situasi anak
Yang penting masih tetap sering berkabar ya mbak
alhamdulillah rumah orangtua dan mertua masih di satu proovinsi mbak.. tapi pernah juga kepikiran, kayaknya seru ya kalau jarak pulang kampungnya jauh hihi
ReplyDeleteAku udah cees kayanya sama tiket.com, selain suka beli tiket kereta dsb, tiket konser pun ada di sana. Lengkap deh pokonya, dan bener suka ada promo. Sayangnya promo ga bisa buat tiket konser hahaha
ReplyDeleteJadi teringat saat saya masih merantau. Jangankan sudah berkeluarga, masih lajang pun kalau urusan pulkam liat kondisi bajet dulu. Apalagi kalo jaraknya jauh banget ya. Gak kebayang yang udah berkeluarga bawa pasukan. Untung ada internet dan banyak promo tiket murah.
ReplyDeletetiket dpt com menjadi jalan ninjaku ya mbak. eh sayang jadi kangen kampung halaman juga karena sama nomaden. sehat selalu mbak miyosi dan keluarga
ReplyDeleteMakasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)