Kadang kita enggak ngeluh dan enggak galau bukan karena kuat, tapi karena belum ada waktu untuk itu. MasyaaAllah. Berawal dari terpaksa, lama-lama akhirnya biasa. Tahu-tahu udah sampai aja. Bagaimana mau galau kalau masih banyak yang harus dikerjakan. Iya sih pengin galau, tapi faktanya kerjaan terpampang nyata di depan mata entah kerjaan yang sifatnya domestik atau enggak. Alhasil, kita pun menunda galau sampai akhirnya lupa. Jadi ingat salah seorang teman pernah bilang mending pusing karena banyak kerjaan daripada pusing karena enggak ada kerjaan. MasyaaAllah. Semoga kita semua termasuk hamba Allah yang baik dalam menggunakan waktu.
(Edisi ketiduran 15 menit dan nikmat bangett rasanya, terbangun karena ingat masih ada yang harus dikerjakan) 🤭
Semangat untuk kita semua, ya.
Semangat untuk kita semua. 🙂
Pujian kerap menjadi "jebakan". Khawatirnya, yang dipuji dinilai overrated. :) Orang-orang menganggap hebat, enggak tahunya zonk. Masih lebih mending dianggap biasa saja padahal berkualitas. Itu sebabnya, beberapa orang hebat yang saya kenal lebih memilih tak terlalu banyak eksposure, bahkan ada yang sama sekali tak punya media sosial. Padahal kiprahnya, masyaallah. Saya salah satu saksinya. Alasannya? Salah satunya ya itu tadi, khawatir dengan pujian, enggak nyaman terlalu banyak dipuji, dan semacamnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tak sedikit yang marah/kesal ketika dirinya dianggap tak mampu/tak bisa, apalagi jika kenyataannya sebaliknya. Tapi apakah hal itu berlaku juga kalau ybs dianggap bisa padahal tidak. Kalau bahasa film, kamu mending dinilai overrated atau underrated oleh orang lain terutama yang baru kenal/enggak kenal-kenal amat/bahkan enggak kenal?
Pujian, di satu sisi bisa menjadi motivasi, tapi jika berlebihan bisa meracuni. Na'udzubillah.
Tips agar enggak terlalu gila pujian (terlepas dari sisi manusiawi sebenarnya semua manusia pastinya senang kalau dipuji ketimbang dicaci) adalah sebagai berikut (tolong ditambahi):
- Selalu ingat bahwa semua karena Allah, termasuk kelebihan yang kita miliki.
- Selalu ingat bahwa ada yang jauh lebih hebat sebagaimana kata pepatah di atas langit masih ada langit.
- Ingat kata Ustadz Khalid Basalamah, sesungguh pujian dan cacian manusia itu hanyalah sepanjang lidahnya saja.
- Untuk apa carmuk di depan manusia, sama-sama manusia. Kalaupun berbuat baik, itu pun sebagai bentuk menghormati/menyayangi sebagai sesama makhluk Allah dan itu pun harusnya rata, menghormati siapa pun enggak pilih-pilih (menghormati yang punya kuasa, meremehkan yang enggak jadi apa-apa). Ehm, jujur di poin ini, ingatan saja auto tertuju dengan orang-orang Jepang yang ketika kami di sana dapat perlakuan baik padahal "cuma" orang asing + saya pakai jilbab pula. Ke stasiun, Taka diberi stiker oleh bapak masinis Shinkansen & Kakak petugas kebersihan. Ke Bivi Tsukuba, ada nenek-nenek penjual menghadiahi Taka dompet bocah warna kuning. Saya belanja naik bus plus gendong bocah, pas turun ada sister bantuin sampai depan dormi. Intiny banyak hal ajaib yang saya dapatkan tanpa harus punya "sesuatu" dulu yang membuat saya bisa dispesialkan. Nope. Jujur, saya terharu. Itu cuma beberapa contoh, aslinya masih banyak.
Akhirnya, aku mengalami juga yang teman-temanku alami lebih dulu: puasa pertama tanpa bapak. Ya, mau tidak mau, suka atau tidak, semua orang pasti mengalami ini, bukan.
Jujur, rasanya masih tak percaya. Tahun lalu, aku bisa puasa di kampung halaman setelah kembali dari Jepang. Itu artinya, aku masih bisa berbuka puasa dengan bapakku. Dua tahun sebelumnya, 2020 tepatnya, aku pun masih bisa video call meskipun kami terpisah jarak Batu - Tsukuba. 2019, 2018, & 2017, aku bahkan bisa sahur dan buka puasa bersama bapak. 2016, 2015, & 2014, setidaknya masih sering nelpon meskipun terbentang jarak antara Batu - Balikpapan. 2013, aku bisa sahur dan buka bareng bapak. 2012, 2011, 2010, & 2009, tak bisa buka atau sahur bareng tapi masih bisa dengar suara beliau melalui telepon. Apalah arti jarak Batu - Cikarang Pusat. 2008 - aku baru lahir, jelas aku bisa puasa bareng bapak.
Ketika menengok ke belakang, ternyata waktu terasa berlari (bukan berjalan). Cepatt sekalii, tak bisa dikejar. Tapi ketika melihat ke depan, seolah semua masih di awang-awang. Kita hanya bisa memprediksi, bukan memastikan. Sedetik ke depan saja tak tahu nasib kita bagaimana. Maka benar ya kata orang bijak hiduplah sungguh-sungguh hari ini & berikan yang terbaik yang kamu bisa.
Sejauh-jauhnya orang LDM atau LDR, selama masih hidup dan tinggal di planet yang sama, insyaallah kesempatan bertemu secara nyata itu ada. Tapi kalau sudah beda dimensi seperti ini? Ya, nanti memang bertemu lagi kata Allah. Tapi, bahkan nalar kita saja belum sampai seperti apa nanti bentuk pertemuannya karena tak ada satu pun manusia hidup yang tahu/mengalami. Meskipun kita semua mengimani apa yang sudah ditulis dalam kitab suci dan hadits pastinya. Tapi, untuk membayangkan nanti gimana bentuknya/modelnya saja bahkan nalar dan logika kita tak bisa menjangkaunya.
Sementara kalau "hanya" keinginan dunia, kita masih bisa membayangkannya lebih dulu dengan melihat YouTube/yang berkaitan. Seseorang ingin ke Jepang misalny. Untuk bisa membayangkan bentuknya Jepang dan melihat secara "nyata", orang tsb bisa menontonnya di YouTube, Google, Instagram, dan semacamnya. Sehingga dia benar-benar punya bayangan, "Oh, bentuknya Tokyo Skytree itu begini, Oh Akihabara itu begitu, dll," Tapi ketika dimensi sudah beda? Hanya iman yang bisa menjawab ketika nalar tak sanggup menjelaskan.
Sekarang aku paham dengan kalimat kehilangan ayah/bapak bagi anak perempuan adalah patah hati yang sebenar-benarnya. Meskipun aku bersyukur dikirimi Allah suami yang sangat baik. Tapi, cinta ke suami dengan cinta ke bapak pasti beda. Sebagaimana cinta anak laki-laki ke istri dan ibunya. Pastinya tak sama.
Bapak suka membaca. Bapak suka menulis. Bapak suka berdiskusi. Bapak pendengar yang baik. Bapak benar-benar melindungi anak-anak perempuannya, misal larangan untuk pacaran (meskipun aku melanggar). Intinya, aku bersaksi bapak udah sedemikian rupa menjaga anak-anak perempuannya sebagaimana yang diperintahkan Allah.
Kini, ketika beliau tak ada, dan aku merasa ada lubang di hati, rasanya manusiawi, ya. Bukan karena tak ikhlas, tapi rindu benar-benar tak bisa diajak kompromi. Kalau kasih tak sampai, setidakny kita masih bisa lihat orangnya meskipun dari jauh. Tapi ini, wujud orangnya tak ada karena sudah berada di dua dunia yang berbeda. Bukan bermaksud "adu nasib". Hanya, tak bisa dimungkiri bahwa kita kadang butuh contoh dengan membandingkan (tanpa bermaksud merendahkan atau meninggikan) untuk bisa menggambarkan kondisinya seperti apa.
Pada akhirnya, kata-kata "kita semua akan kembali kepada Allah" bukan sekadar retorika saja, tapi memang benar-benar pengingat. Sungguh, kematian adalah pemutus. Ya, meskipun kita masih bisa "berkomunikasi" dengan orang-orang yang kita sayang yang sudah meninggal melalui doa, tapi tetap saja jauhhh di lubukk hati terdaalaamm semacam terselip kalimat, "Kondisi sudah beda, orang yang kita sayang sudah tak ada,"
Bapak, semoga Allah melapangkan kuburmu. Doa kami selalu untukmu.
Dari Allah, untuk Allah, kembali ke Allah.
Sesungguhnya kita memang hanya dititipi, jadi enggak boleh posesif, ya.
Semoga kita bisa menjalani hari-hari dengan penuh semangat, termasuk saat bulan puasa seperti sekarang. Semoga kita nanti bisa berkumpul lagi dengan orang-orang yang kita sayangi.
Jaga keluarga kita, ya. Amanah dari-Nya.
(Catatan rindu sembari menunggu suami selesai acara @ suatu tempat di Manado)
Pengalaman dan Peluang Content Writer
Kamis kemarin, saya diminta sharing pengalaman dan peluang sebagai content writer oleh Founder TJI sekaligus partner menulis sejak belasan tahun silam, Mbak Prita. Baiklah, langsung saja ya saya share di sini juga poin-poinnya.
CONTENT WRITER
Salah satu profesi di bidang penulisan yang saat ini tengah ramai diperbincangkan atau kalau boleh saya bilang populer. Saya sendiri yakin, teman-teman sudah tak asing lagi dengan profesi tersebut.
Kepopuleran profesi content writer pastinya tidak lepas dari jumlah website perusahaan dari berbagai macam skala bisnis yang bermunculan. Berdasarkan data internetlivestats.com, jumlah website yang ada di seluruh dunia saat ini adalah...
Sekitar 2M (dan hal tsb pastinya bertambah setiap detik).
Maka tak heran ya jika kemudian profesi content writer banyak dicari untuk mengisi website-website tsb 🤗. Di sinilah peluang itu terpampang nyata di depan mata. 😬
Saya yakin, teman-teman pastinya sudah tahu bahwa profesi ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Hanya saja, belum sepopuler sekarang.
Saya pribadi mengawali menjadi penulis konten sejak 2009. Saat itu, saya menulis konten berbahasa Indonesia dan Inggris. Sempat vakum beberapa tahun karena fokus ke bidang penulisan lainnya, akhir tahun kemarin saya kembali aktif sebagai penulis konten (satu tim dengan Mbak Prita, founder TJI).
Dari mana peluang sebagai penulis konten/content writer itu kita dapatkan?
Banyak bingitss, meminjam istilah zaman sekarang 😬.
Namun, kalau boleh saya rangkum, dari sinilah cara kita mencari peluang itu:
- Browsing di Google, Twitter, Instagram, LinkedIn, dan media sosial lainnya dengan beragam keyword yang berkaitan: #LowonganPenulis #LowkerPenulis #PeluangMenulis dll
- Dari website seperti sribulancer, freelancer, niobis, dll
Dari DUA item di atas saja, jumlah lowongan penulis konten sudah sangatt melimpah, tinggal kita cari saja yang sesuai dengan keinginan.
Berikutnya adalah hal-hal yang harus kita siapkan untuk menjadi content writer:
- Mau terikat: sehari sanggup menulis sekian artikel (sesuai kesepakatan)
- Mau membaca/belajar (poin kedua ini sebenarnya untuk semua hal yes)
That's why, untuk yang belum mau terlalu terikat, tapi ingin mendapatkan cuan dari tulisan, mungkin jadi kontributor di website bisa jadi pilihan (sifatnya bebas)
Beberapa sudah saya tulis di sini (sementara ada 80-an): https://www.miyosiariefiansyah.com/2022/01/88-website-penghasil-cuan-dari-tulisan.html
Namun, untuk teman-teman yang:
- Tak terlalu suka dengan eksposur berlebihan (selama jadi penulis konten, tugas saya hanya menulis saja, tak ada tekanan untuk harus share di medsos, dalam artian benar-benar di belakang layar)
- Ingin mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari di kampus/ingin mengaplikasikan bidang yang dikuasai (website punya beragam niche, tentu saja akan lebih tepat jika yang menulis adalah mereka yang ahli/mengerti karena tulisan yg dihasilkan bisa mendalam)
- Menyukai tantangan/pressure dengan keharusan sehari setor sekian artikel
- Nomaden alias pindah-pindah seperti saya karena tugas suami, tapi di sisi lain masih tetap ingin bekerja/berkarya
- Ingin kerja secara profesional, tapi di sisi lain tak mau meninggalkan anak/menitipkannya ke pihak ketiga siapa pun itu
mungkin menjadi content writer/penulis konten bisa jadi pilihan yang sangat tepat. 🤗
Kabar baiknya, peluang sebagai content writer tak hanya datang dari dalam negeri tapi juga luar negeri. Yes, tak hanya menulis berbahasa Indonesia saja, tapi kita juga bisa menulis berbahasa Inggris.
Contoh order artikel bahasa Inggris 12 th yl 🤗
Nah, mengingat peluang jadi penulis konten yang sangat luass, bahkan bisa merambah pasar luar negeri, maka rasanya sayang ya kalau tak digunakan (dengan asumsi kita memang memiliki ketertarikan).
Job sebagai penulis konten berbahasa Inggris bisa dalam bentuk:
- Perusahaan Indonesia yang kontennya bahasa Inggris (seperti pengalaman saya beberapa waktu silam yg model kerjany/ordernya sudah saya share di atas)
- Perusahaan di luar negeri
Tak bisa dimungkiri, salah satu daya tarik mengapa menjadi penulis konten bahasa Inggris adalah karena menawaran fee yang segar 😁, meskipun Alhamdulillah bangetss saat ini makin banyakk perusahaan di tanah air yang memberikan fee ke penulis konten mereka dengan jumlah sangat sangat manusiawi (salah satuny yang saya & Mbak Prita jalani saat ini).
Untuk menjadi penulis konten/content writer dengan "pasar" dalam dan luar negeri, cara yang bisa dilakukan (terlepas dari tiap penulis punya cara beda-beda, ya):
- Tentukan bidang apa yang paling kita kuasai/sukai
- Kalau ingin menulis bahasa Inggris, pastinya harus meng-upgrade grammar dan "printilannya" dulu (sedangkan menulis dalam bahasa Indonesia saja kita kadang salah y, apalagi yang bukan bahasa ibu kita. Jadi, mau meng-upgrade adalah sebuah keharusan) 🤗
- Rajin mencari peluang sebagaimana yang sudah saya tulis di atas
- Akan lebih baik kalau punya blog sebagai rekam jejak sehingga ketika ada perusahaan yang tertarik dan ingin melihat tulisan kita seperti apa/kita sudah menulis apa saja, mereka bisa dengan mudah menelusuriny melalui blog kita🤗
Mengingat peluang sebagai penulis konten yang begitu luas, tak hanya dalam tapi juga luar negeri, semoga bisa makin meyakinkan teman-teman bahwa mendapatkan uang dari menulis itu nyata (menepis anggapan selama ini tentang kegiatan menulis tidak menghasilkan😬). Terlepas dari itu semua, semoga tulisan-tulisan kita bisa bermanfaat. Aamiin🤗