Sudah lama aku tak ke sini. Terakhir 2021 kemarin. Sebagaimana yang pernah kutulis di postingan sebelum-sebelumnya bahwa sejak bapak meninggal, aku masih malas ngebolang. Pergi ya kalau benar-benar perlu: antar anak sekolah/les atau keperluan lain. Sungguh berbeda 180 derajat dengan tahun lalu apalagi jika dibandingkan dengan saat tinggal di Tsukuba yang hampir tiap hari ngeluyur sendiri naik bus/kereta/sepeda pancal/jalan kaki. Hidup memang selalu berubah, ya. 😊
2022 sebelum hari ini, perjalanan terjauhku cuma seputaran Manado aja. Ide ke Linow boleh dibilang sangat-sangat spontan. Itu pun dari suami. Semua bermula saat kami melayat ke daerah Pineleng, Minahasa, yang lokasinya sekitar 8-an km dari tempat tinggal. Melihat cuaca begitu cerah, bahkan cenderung panas membara, suami spontan mengajak mampir Linow pas pulang. Aku dan Taka ayo aja alias manutt. Toh udah lama juga enggak ke sana.
Tak dinyana, di tengah perjalanan, hujan turun. Deras. Seolah, tak ada jejak kalau sebelumnya panas menyengat.
Ya udah sih. Enggak apa-apa. Toh kalaupun kembali ke Manado udah "terlanjur basah" alias nanggung banget. Alih-alih memilih pulang karena hujan makin deras, kami malah membayangkan makan pisang sepatu di Linow sembari melihat keindahan danau plus menikmati hujan. 🤭 Alhamdulillah, kenyataan sesuai angan-angan. 😂
Enggak lama, sampailah kami di tempat wisata yang berada di daerah Tomohon ini. 😊
Bisa jadi, itu juga yang membuat Linow menjadi tempat favorit kami yang lain selain Megamas. Jika Megamas ibarat Tsukuba Senta, maka Linow ibarat Doho Park.
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)