Banjir Rob Tiga Meter Menerjang Kawasan Reklamasi Manado
Tulisan ini sudah saya buat Desember tahun lalu sesaat setelah kejadian. Tapi, saya baru mempostingnya hari ini. Maafkan kalau sudah basi, tapi setidakny postingan ini sebagai pengingat, utamanya buat saya sendiri bahwa alam tak bisa diremehkan. Ia bisa sangat indah, bisa juga menakutkan saat "marah". Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah, ya.
(Sengaja saya posting tanpa mengedit kata-katanya ya, jadi setting waktunya pun masih tahun lalu, semoga tidak membingungkan pembaca)
**
Selasa 7 Desember beberapa petang yang lalu, banjir rob tiga meter menerjang kawasan reklamasi Manado. Saya sedang berada di rumah saat itu. Padahal biasanya, saya dan Taka kerap melihat sunset, mengabadikan, dan membagikan keindahannya di media sosial. Namun, karena Taka baru saja sembuh setelah seminggu sakit, alhasil hari itu saya lebih memilih di rumah saja menikmati hujan deras ditemani kopi hangat sembari menunggu suami pulang.
Sebenarnya, beberapa waktu sebelumnya, peringatan akan curah hujan yang tinggi plus gelombang pasang dari BMKG Manado sudah ada. Tapi, sungguh, saya tak menyangka kalau kenyataannya bisa seseram itu.
"Ya Allah, Ya Rabb," hanya itu yang mampu saya katakan saat melihat video ombak tinggi menerjang Manado Town Square (MANTOS), salah satu kawasan reklamasi, kiriman salah seorang ibu di grup WA organisasi.
Teman-teman bisa mengeceknya sendiri di YouTube atau Google karena baik video maupun artikel mengenai banjir rob tiga meter menerjang kawasan reklamasi Manado sudah tersebar luas di media sosial. Entah, saya kurang paham juga, siapa yang mengabadikannya. Masih sempat, ya.
Sebenarnya, kejadian seperti ini bukanlah kali pertama. Konon, pertengahan Januari 2021, banjir rob setinggi 3 - 4 meter juga pernah menerjang wilayah reklamasi, begitu kata salah seorang teman saya yang notabene warga asli Manado. Jika demikian, maka kejadian beberapa hari yang lalu adalah kali kedua di tahun yang sama. Allahu Akbar.
Sabtu 11 Desember, cuaca di kota Manado sudah cerah kembali atau kalau boleh dikatakan sangat panas. Hanya beberapa menit saja memang sempat turun hujan. Setelah selesai dengan urusan domestik, kami mencoba menyambangi Megamas untuk melihat-lihat. Benar. Gelombang laut tak seperti saat saya baru pertama kali datang ke mari Mei silam. Akhir tahun ini, ia lebih bergejolak. Saya jadi ingat kata kawan saat kami hendak ke Bunaken September kemarin. Katanya, waktu yang tepat untuk berlayar adalah pertengahan tahun sedangkan waktu yang sebaiknya dihindari adalah akhir tahun karena gelombang sedang tinggi-tingginya.
"Tempat tinggalmu jauh nggak dari tempat kejadian kemarin?" tanya seorang teman.
Dekat, bahkan bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Kalau tempat tinggal saya ibarat Ichinoya, maka Mantos atau Manado Town Square dan Megamas adalah ibarat Amakubo. Dulu, saya biasa jalan kaki dari Ichinoya ke Amakubo hanya untuk beli kecap di Toko Asia. Ya, lumayan dekat, bukan.
**
Sungguh, cuaca kerap berlaku seperti hati. Tak bisa dipastikan, hanya bisa diprediksi. 😊
(Di-posting saat kerjaan menulis artikel tinggal dua saja, istirahat bentar, ya)
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)