2021 kemarin, Allah memberikan kebahagiaan bertubi-tubi pada saya. Saat itu, saya sempat membatin, "Ya Allah, habis ini ada apa ya kira-kira kok Allah ngasih hadiah terus-menerus," 

Allah memberi kesempatan pada saya untuk keliling Jepang, ya keliling ke semua region Jepang dari ujung utara hingga ujung selatan. 

Allah memberi rezeki, setelah 13 tahun menikah, kami bisa beli mobil impian tunai. Meskipun dari sisi lamanya kami menikah hal tsb sangat wajar, tapi kalau dilihat dari sisi kami sendiri yang notabene benar-benar menikah dari nol alias nikah muda, tentu hal tsb sangat patut disyukuri.

Allah memberi rezeki lain untuk mengeksplorasi Manado dan sekitarnya ke ikon-ikon wisata. Hanya dalam waktu beberapa bulan, kami sudah ke mana-mana.

Intinya, Allah memberikan kebahagiaan bertubi-tubi. Jujur, di sisi lain, saya rada takut karena saya yakin ketika kita mendapatkan sesuatu kita akan kehilangan sesuatu. Allah memberi, Allah mengambil. Dunia ini selalu berpasang-pasangan, bukan. Setelah diberondong kebahagiaan ini, lalu apa??

Dan, akhirnya terjawab sudah.

Tepat menjelang akhir tahun, 30 Desember 2021, Allah "mengambil" ayah saya kembali ke pangkuan-Nya. Tanpa ada firasat apa-apa, tidak sakit apa pun seperti sebelum-sebelumnya. Sama sekali tidak.

Ya Allah, jadi ini??

Ah, ini seolah pengingat banget banget bangett lagi dan lagi bahwa manusia tak boleh iri sama manusia lainnya. Kenapa? Karena tak seorang pun tahu, sama sekali tak tahu, apa yang sudah atau akan Allah ambil darinya. Apa yang akan ia "berikan", apa yang akan "hilang"? Tak ada seorang pun tahu, kan.

"Perasaan tahun tahun sebelumnya enggak gini-gini banget, tapi ni kok kayak dimanjain ya sama Allah. Ibaratny tahun-tahun sebelumnya dikasih 4 atau 5 lah. 2021, dikasih 9. Ada apa ya setelah ini?" batin saya kalau pas merenung malam-malam.

Ini jawabannya.

Ya Allah.

Inilah makna jangan terlalu senang jangan terlalu sedih karena emang gak ada orang yang bakal senang terus pun gak ada orang yang bakal sedih terus. Allah tuh Mahaadil. Ya Allah.