Tepat seminggu yang lalu, Mbakku telpon. Tak seperti biasanya yang cuma WA. Kalau telpon, artinya ada masalah serius. Tapi, apa?
Aku angkat tanpa ada perasaan aneh-aneh.
Hingga kemudian, Mbakku bilang kalau bapak baru saja meninggal. Ya, Kamis sore, Asar, 30 Desember 2021.
Aku langsung mengabari suami. Dia bilang akan segera pulang.
Orang pertama yang bukan keluarga (maksudnya yang enggak sedarah) yang aku beri tahu adalah Bunda April. Aku masih ingat.
Enggak lama, suamiku tiba. Kami langsung tes cek COVID untuk terbang. Tak bisa hari itu juga karena posisi di Manado sudah sore.
Sebagaimana amanah bapak, beliau langsung dikubur hari itu juga.
Di detik itu, aku berkata pada diri sendiri, ternyata begini rasanya enggak punya bapak.
Perpisahan untuk selamanya tak pernah mudah walau itu terjadi ketika kita sudah dewasa dengan asumsi sudah punya banyak waktu dengan yang meninggalkan kita.
Pikiranku random ke mana-mana.
Ternyata seperti ini rasanya.
Sebenarnya, 40 hari sebelumnya, bapak pernah memberi sinyal. Beliau bilang kalau terjadi apa-apa, aku enggak usah pulang karena bawa anak dan sekarang musim Corona jadinya ribet. Tapi, jelas tak mungkin aku melakukannya. Jelas, aku pulang.
Bapak juga bilang kalau sudah makin lemah, meski posisi saat itu enggak sakit. Meninggalnya pun di rumah.
Hidup memang benar-benar hanya sementara. Jangan tertipu dengan keindahan dunia.
Terima kasih untuk semua pihak yang sudah mendoakan bapak. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
Di bawah ini adalah kompilasi foto-foto bapak belasan tahun yang lalu plus tulisan beliau yang sekaligus pesan untuk anak-anaknya.
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)