Ayah Ugi, Dad Blogger yang Rajin Kampanye Peran Ayah dalam Pengasuhan
Tangis haru tak bisa kutahan ketika melihat suami dan anakku bercengkerama. Mungkin bagi yang lain, kebahagiaanku ini receh, ya. Tapi bagiku, luar biasa. Bagaimana, tidak. Sejak aku hamil sampai Taka berusia 2 tahun 8 bulan, kami sudah LDM. Ya, saat itu tidak dimungkinkan aku menyusul suami. Pertimbangannya sekalian aja nanti pas udah di Jepang karena toh saat suami dipindah ke Medan lanjut Manokwari, tanda-tanda dia akan segera cuz ke Jepang untuk tugas belajar semakin jelas. Bagaimana pun, pindah bukan masalah sederhana, kan. Selalu ada biaya di baliknya. Wkkk. Jadi daripada uang habis untuk kilar-kilir yang hanya sesaat, ya sudahlah nanti saja sekalian.
Sebenarnya, aku memang cukup sensitif dengan perkara kedekatan ayah anak. Mudah tersentuh hanya karena hal-hal receh. Suamiku mandiin Taka, misalnya. Atau, hal lain yang serupa. Harusnya kan b aja, ya. Toh, bukan hal yang aneh lha wong Taka memang anaknya. Di sisi lain, aku bersyukur, LDM tak membuat Taka dan ayahnya jauh, mereka sangat dekat, semoga hingga nanti aamiin.
Setali tiga uang dengan suamiku yang dekat dengan anaknya, ayahku pun. Meski kerja jaauhh beda pulau, tapi beliau sangat dekat secara batin dengan anak-anaknya, aku dan mbakku. Bahkan, yang mengajariku baca tulis bukanlah ibu, melainkan ayahku. Aku bersyukur memiliki dua laki-laki yang sangat memahami arti penting peran mereka dalam pengasuhan. Berharap, Taka pun kelak demikian. Aamiin.
Sisi melow dan sensitifku muncul karena aku kerap teringat budaya patriarki yang bilang kalau tugas mengurus anak itu hanyalah tanggung jawab IBU saja. Masyarakat seolah sudah terdoktrin demikian (dan belum hilang sepenuhnya meski zaman sudah berubah). Ayah, hanya bertugas mencari uang. Sementara ibu, mengurus anak-anak. Sehingga, tidak bisa dimungkiri jika terjadi sesuatu pada anak, yang
disalahkan 100% oleh masyarakat biasanya ibunya. Sungguh, bagiku ini sangatlah tidak adil. :)
Meski memang belum bisa dikatakan baik dalam hal kesadaran ayah akan pengasuhan keluarga, bahkan menurut berita yang aku baca di CNN Indonesia berada di urutan ketiga dunia negara "tanpa ayah", tapi kita juga tidak boleh menutup mata kalau kaum adam yang memahami perannya sebagai ayah mulai bermunculan. Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya dadblogger (enggak mau kalah dengan momblogger) yang fokus tulisan-tulisannya memang seputar peran ayah dalam pengasuhan. Salah satunya, Ayah Ugi, blogger dari Jember yang kukenal secara tidak langsung di Komunitas Blogger The Jannah Institute.
4 comments
Coba ada ilmu parenting sebelum nikah secara wajib ya, pasti dadblogger bertebaran :D
ReplyDeleteAkhirnya emak-emak jadi lebih ringan tugasnya wkwk. Ups.
Hahaha bener
DeleteAyo dad blogger jgn malu2 meong
Mampir lagi~ Tadi kayaknya salah akun wkwk.
ReplyDeleteMasyaAllah, coba sebelum nikah ada kelas parenting wajib ya, bakalan banyak nih dadblogger. Bisa jadi tugas emak-emak jadi lebih ringan wkwk.
Ehhhh.... Sempet salah akun y makany kok unknown haha
DeleteIya y, dibandingkan momblogger, dadbloggerny masih malu2 meong kayakny
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)