Ternyata, Makan Pisang Goreng Dicocol Sambel Roa itu Huenak!
Masih kuinget kata-kata Bunda April beberapa waktu yang lalu intinya, "Kayaknya status-status Mio nanti akan dipenuhi dengan segala sesuatu berbau Manado," lol
Yaa, gimana yess, aku mah mempraktikkan salah satu peribahasa Indonesia yang bunyinya, "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," atau kalau versi bahasanya Tom Cruise, "Do as the locals do!" 🤣 Beda arti, tapi maknanya serupalah ya. Intinya kita harus bisa beradaptasi di mana pun berada karena emang itu salah satu cara untuk bertahan. Aku sendiri percaya bahwa semua manusia memang dianugerahi kemampuan tersebut sama Allah. Alhamdulillah.
Di postingan kali ini, aku masih belum akan melanjutkan cerita ngebolang seminggu di Kansai seperti yang sudah tersaji di tulisan-tulisan sebelumnya. Tapii, aku akan nggedabruzz tentang salah satu cara makan yang dulu kerap kuanggap aneh dan maaf bahkan mungkin enggak tertarik, tapi sekarang biasa bangett malah kalau enggak ada serasa ada sesuatu yang kurang.
Hapakah gerangan? Mungkin terdengar receh, tapi bagiku luar biasa dan bisa dibilang sebuah pencapaian mengingat perubahanku bisa 180 derajat. Bagaimana tidak, duluuu bangett aku kerap mengernyitkan dahi dan bertanya ke diri sendiri, "Emang enak?" atau "kok ra umum yak!", ealahh... lha kok sekarang malah semacam ketagihan.
Yups, aku baru sadar... setelah tinggal di Manado bahwa... makan pisang goreng plus sambel roa itu... ternyata enak dan menimbulkan sensasi tersendiri. Perpaduan antara manisnya pisang plus pedasnya sambal menghasilkan efek kejut yang tak biasa di lidah. Ehm, sepertinya memang harus merasakan sendiri baru kemudian percaya karena aku pun dulu termasuk tim yang berpikir bisa-bisanya pisang goreng dicampur sambal. :D
Tapi, itulah Indonesia. Budayanya kaayaaa. Enggak terkecuali masalah per-pisang-an seperti inii. Aku jadi ingattt salah satu teman yang baru pindah ke Jatim. Dia berkomentar, "Kok bisa sih orang-orang suka banget rawon kan penampakannya gitu," :D Aku enggak menyalahkan kok alias mewajarkan banget komen demikian. Sebagaimana aku yang awalnya juga bertanya-tanya bagaimana bisa pisang dicampur sambal. Bagiku, hal tersebut makin menyadarkan akan makna perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Toleransi adalah koentji! Kalau toh sekiranya tidak sesuai dengan apa yang kita yakini, tinggal skip. :D
Pertama kalinya kumakan pisang + sambal roa adalah saat kami ke Danau Linow Tohomon. Udara yang dingin plus hujan membuat kami tergoda untuk memesan sepiring pisang dan kopi. Pasangan yang cocok, bukaan. Namun, ternyata yang datang enggak cuma dua item tsb, melainkan ada tambahannya... SAMBAL.
Sempat Googling (terniat bangett), ada beberapa sumber yang bilang kalau pisang goreng plus sambal inii asalnya memang dari Manado. Konon, orang Minahasa duluu memang sangat suka mencocok pisang goreng di sambal roa.
Setelah aku merasakan sendiri di gigitan pertama, ehm... MasyaaAllah endeuzz. Sejak saat itulah, aku jadi menyukainya. Menurutku, sambal yang paling cocok ya emang sambal roa. :D
Bagaimana, tertarik juga? Atau, bahkan sudah sejak zaman prasejarah sukanya, aku sendiri yang ketinggalan. LOL.
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)