Tidak Banyak Menuntut adalah Keniscayaan
Ini juga tulisan lamaku yang sempat kumasukkan draft lagi. Kureposting, ya.
**
Dalam hidup, tak semua yang kita inginkan harus (atau akan) terwujud. Beberapa butuh waktu lebih lama, sisanya malah tidak akan pernah terjadi sama sekali hingga kita meninggalkan dunia ini.
Dari 100 keinginan dan dengan asumsi kita usahakan semuanya dengan sebaik-baiknya (alias enggak cuma pasrah seperti menunggu hujan turun dari langit), bisa keturutan atau jadi kenyataan 80 - 90 aja itu udah sangat sangat patut disyukuri.
Hal yang berhubungan dengan "mengubah" orang lainlah yang kemungkinan terwujudnya lama/malah tidak akan pernah. Hal-hal yang berhubungan dengan "menggantungkan" harapan ke orang selain diri sendiri adalah yang kemungkinan terwujudnya rendah.
Misalnya, seorang anak membayangkan punya orang tua yang selalu mendukung dan tak pernah mengecilkan usahanya. Tapi ternyata, yang ia dapatkan sebaliknya. Si anak sudah berusaha memberi kode dengan membelikan orang tuanya buku-buku parenting, tapi hasilnya nihil.
Atau, lagi, seorang wanita begitu kesal melihat sikap ganjen temannya. Dia merasa si temannya biasa aja, tapi kenapa sangat ganjen. Ya bukan berarti yang "tidak biasa" boleh ganjen, ya enggak gitu juga sih. Wanita tersebut sudah sering mengingatkan secara tidak langsung, tapi hasilnya zonk. Tetap saja sikap si teman bikin geli.
Sebaliknya, keinginan yang berhubungan dengan diri sendiri, kemungkinan terwujudnya masih cukup tinggi persentasenya. Contoh, seseorang ingin sekali tinggal di Jepang. Dia pun membuat rencana: dua tahun belajar bahasa Jepang, tahun ketiga melamar sebagai perawat lansia di negeri Sakura. Kemungkinan terwujudnya masih sangat sangat ada, kan.
Hal-hal yang berada di luar kendali memang harus kita sikapi dengan sebaik-baiknya. Kita tidak bisa memuaskan orang lain sebagaimana mereka semua juga belum tentu bisa memuaskan kita.
Sumber foto: terlampir |
**
Tondano, 2022
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)