Hari ke-382 di Jepang: Persiapan Pulang ke Tanah Air
Enggak terasa, Januari sudah berjalan separuh. Itu artinya, keberadaanku di Negeri Sakura ini hanya tinggal 2,5 bulan lagi. Ramadan tahun ini, aku sudah di tanah air. Bagaimana rasanya? Entahlah. 😆 Aku sendiri susah mendeskripsikan. Punya bayangan saja belum. LOL. Sebenarnya, ada yang lebih dulu mendahului pulang, beberapa teman beda region kembali akhir Januari ini.
Pindah tempat artinya harus beradaptasi lagi. Ehm, sebenarnya kalau dilihat dari sisi positif (karena setiap hal pasti ada hikmahnya) sering berpindah tempat mengikuti ke mana suami ditugaskan itu menyenangkan juga. Salah satunya, terhindar dari sikap merasa memiliki/berkuasa terhadap suatu wilayah. Tidak bisa dimungkiri, sebagai makhluk yang punya ego kadang kala manusia cenderung merasa paling menguasai ketika terlalu lama berada di suatu tempat atau berada di jabatan tertentu. Tentu saja enggak semua begitu. Makanya diberi tulisan (((cenderung))), Kakak. Xixixi. Di sini aku mengenal seseorang yang sudah sangattt lamaaa (puluhan tahun) berada di Jepang plus kenalannya orang-orang penting dan beliau sendiri juga menjadi sosok yang penting, tapi masyaallah... sangat sangat ramah dengan orang baru sepertiku, enggak jumawa atau merasa "terancam". Pokoknya the best, deh. Semoga makin sukses dunia akhirat. Aamiin. Hanya doa setulus hati yang bisa kuberikan.
Berikutnya, sering berpindah tempat juga membuat pelakunya makin sadar bahwa di dunia ini orang hebat ada di mana-mana. Intinya sih sebenarnya satu, ya: hanya Allah yang berhak sombong.
Namun, tidak bisa dimungkiri kalau ada juga sisi minusnya atau kalau kubilang tantangan, salah satunya sudah kusebut secara enggak langsung di awal postingan. Ya, sering pindah tempat mengharuskan kita untuk selalu beradaptasi lagi, lagi, lagi, dan lagi. Kadang, itu melelahkan hati dan jiwa, apalagi jika bertemu dengan orang yang karakternya menguji kesabaran.
Alhamdulillah, sebenarnya orang-orang yang kutemui di setiap tempat merantau mayoritas baikk. Aku bersyukur pada Allah karena hampir selalu dipertemukan dengan lingkungan yang positif. Jadi kalau hanya ada satu ada dua yang membuat mengelus dada ya itu enggak apa-apa sih karena sikapku pun pasti ada yang membuat kesal orang lain tanpa kusadari. LOL.
Eh, inti curhatan ini apaaa, sih?
Jadii, sejauh mana persiapanku pulang ke tanah air?
1. Aku sudah mulai mengirim barang sejak beberapa waktu yang lalu barengan dengan salah satu teman suami. Selebihnya, belum ada.
2. Aku masih punya beberapa kelas online di sini yang semuanya insyaallah selesai Februari.
3. Aku juga sedang mengerjakan proyek antologi bersama teman-teman FLP Jepang bertema pergi ke tanah suci dan Covid-19.
4. Bersama salah satu kakak tingkat, aku sedang merintis komunitas bernama MomCounting singkatan dari Mommy lulusan Accounting.
5. Menyelesaikan buku solo terkait Jepang
6. Mengurus dua antologi terkait profesi dan jurusan bersama salah satu komunitas menulis yang bukunya sudah dirancang sejak beberapa tahun yang lalu.
7. Mengubah judul blog ini sebagaimana kalian baca sekarang. Ya, rencananya aku akan sering berbagi tulisan perjalanan baik itu dalam arti sebenarnya (jalan-jalan bersama bocah sejak dia bayii yang pastinya riweh tapi seru) maupun dalam arti konotasi (perjalanan sebagai ibu/penulis/dan semacamnya). Aku teringat kata temanku, menulis itu membebaskan bukan sebaliknya. Jadi aku ingin blog ini menjadi tempatku merelaksasikan pikiran, bukan menjadi beban.
Lalu, persiapan pulang ke tanah airnya apa?? Ya, itu tadi, seperti yang sudah kujabarkan.
1. Kirim barang
2. Persiapan mental, hati, dan perasaan
3. Menyelesaikan tanggungan
Selebihnya, berdoa. 😁
Mohon doanya, ya.
Yang jelas, aku bersyukur pernah merasakan tinggal di Jepang meski tidak lama. 😢 Berterima kasih sebanyak-banyaknya dari hati terdalam kepada institusi tempat suamiku bekerja yang telah mengizinkan & mendukung Pak Suami tugas belajar (semoga bisa berkontribusi lebih baik lagi dengan ilmu yang didapat di sini). Berterima kasih kepada pemberi beasiswa hingga suami diterima dan bisa melanjutkan pendidikan membawa keluarga. Berterima kasih kepada semua orang yang sudah baikkk selama aku di sini. Berterima kasih kepada orang tua, mertua, saudara, sahabat, dan teman-teman pastinya atas dukungan tulus tiada henti. (Ini berasa pidato dapat piala citra aja). LOL.
Jika Allah mengizinkan, semoga suami bisa melanjutkan S3 di sini. Mohon doanya, ya. Aamiin.
Sejauh-jauh bangau terbang, suatu ketika akan kembali juga. Meski manusia ya manusia, bukan bangau. Apa, sih. 😁
Semoga kita semua diberi kelancaran, ya. Semangat, Teman-Teman. Saling mendoakan, ya.
Yamagata, 2021
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)