Takjub. Itulah kesanku saat mengamati tempat tinggal di Jepang hari ini setahun yang lalu. Enggak terasa, semua begitu cepat. Katanya sih kalau kita menikmati memang waktu seolah jadi berlari. Sebaliknya, ketika kita merasa tidak nyaman, sedetik saja seperti seabad.
Jika pagi ini setahun yang lalu kuawali dengan mengamati tempat tinggal baruku, maka hari ini kumemulai dengan mengikuti kelas bahasa Jepang lagi. Alhamdulillah. Semua yang terjadi di sini bagiku terasa sangat menyenangkan, termasuk tantangan-tantangan di dalamnya. Aku bersyukur pengalaman pertamaku tinggal di luar negeri tidak membuat trauma, yang ada malah beratt sekali untuk kembali (tapi harus wkk).
Oh iya, ngomong-ngomong soal tempat tinggal di Jepang, aku jatuh cinta bangett. Kalau boleh kubilang sih seolah mengaplikasikan ajaran Rasulullah dalam kehidupan nyata.
1. Tidak menumpuk-numpuk barang yang tidak perlu apalagi tidak digunakan, jadi yang ada ya sebisa mungkin yang sering dipakai.
2. Tidak terlalu banyak ruang yang malah jadi beban (beban bersihin wkk). Bagi yang anggotanya hanya berisi ayah, anak, dan satu anak, tempat tinggal terlalu luas malah kadang bikin lelah jiwa. Betapa tidak, waktu habis untuk beberes dan bersih-bersih. Padahal kan kerjaan kita enggak cuma itu.
3. Penataan sampah rapii bangett, enggak seenak jidat.
4. Antartetangga tidak terlalu banyak interaksi 24 jam yang memberi celah untuk ghibah, tapi juga bukan berarti ansos. Di sini enggak ada ibu-ibu pagi-pagi nongkrong di tukang sayur sambil ngomongin orang yang gak ikut nimbrung. Tapi kalau ketemu ya menyapa dengan ramah dan kalau butuh bantuan ya dibantu. Sungguh, nikmat Allah mana yang kau dustakan?
5. Kalau di tempatku, begitu buka pintu yang ada dapur. Ehm, awalnya aku juga enggak biasa sih, tapi lama-lama sebaliknya... enak juga.
6. Seperti yang pernah kubilang, di sini gas elpiji terintegrasi sehingga kita tidak perlu rempong pasang. 🤭
7. Kamar mandi adalah tempat yang sangatt spesial karena mandi dianggap ritual penting sehingga jangan heran kalau space untuk mandi bisa dibilang cukup luas.
Tempat tinggal di Jepang mungkin sedikit berbeda dengan di tanah air. Jika di Indonesia punya rumah menjadi hal yang sangat penting bahkan kadang dianggap sebagai salah satu penentu status sosial (ehm, gak setuju juga sebenarnya kalau apa-apa selalu dihubungkan atau dinilai dengan uang), di sini b aja kalau menurut pengamatanku selama ini. Sebagaimana cerita iparku kalau di negara ia tinggal saat ini kepemilikan rumah juga bukan hal yang krusial banget, dalam artian kalau boleh kusimpulin menurut pemahamanku seseorang dihormati bukan karena ia punya sesuatu. Eh, ini nyambungnya ke mana, ta. Wkkk.
Tempat tinggal di Jepang banyak membuatku ingat akan ajaran Rasulullah jujur aja bahwa pada intinya hidup tuh sewajarnya saja. Jangan sampai apa yang kita miliki malah membebani diri sendiri. Poin kepemilikan pada dasarnya adalah titipan yang dimaksudkan bisa membantu memudahkan pekerjaan sehari-hari, bukna untuk sekadar gaya-gayaan apalagi pameran.
Semoga kelak bisa merasakan tempat tinggal di Jepang lagi dalam waktu yang lebih lama entah dari jalan mana. Aamiin. 😊
0 comments
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)