Hari ke-242 di Jepang: Terharu dengan Pelayanan Mbak-mbak di Thomas Town Saitama
Entahlah, apa kalau saya tinggal lama di sini bertahun-tahun atau bahkan puluhan, komentar saya masih sama? Tapi yang jelas, yang saya tulis adalah yang saya alami dan rasakan selama di sini. :)
Beberapa waktu yang lalu, kami ke wahana bermain anak di Shin Misato, Prefektur Saitama (bisa dibilang prefektur tetangga). Sebenarnya, yang namanya tempat bermain anak di mana-mana sama saja, cuma saya sudah pernah janji ke Taka kalau suatu hari akan mengajaknya ke Thomas Town (karena kalau Thomas Land cukup jauh). Janji tersebut bahkan sudah saya buat sejak sebelum ada corona. Xixixi. Maafkeun.
Stasiun Minami Nagareyama, tempat Musashino Line berada. |
Dari Minami Nagareyama ke Shim Misato sangat dekat, hanya melewati Misato saja. |
Ada beberapa Line di Stasiun Minami Nagareyama, kami pilih yang Musashino karena tujuannya ke Shim Misato. |
Enggak ada tembok pembatas seperti di Stasiun Tsukuba, jadi harus hati-hati kalau bawa bocah. |
Kalau dari Tsukuba, lokasinya enggak terlalu jauh, kok. Tinggal naik Tsukuba Express, turun di Minami Nagareyama, kemudian lanjut Mushahino Line menuju ke Shim Misato.
Turun di Stasiun Shim Misato, langsung disambut dengan mall ini. Salah satu isinya, ada Thomas Town. |
Seperti yang pernah saya tulis di postingan-postingan sebelumnya, mall-mall besar di sini ya "penampakannya" semacam GI dan PI gitulah kalau di tanah air. |
Thomas Town masih lurus terus. |
Thomas Town ini bagian dari Mall Lalaport. Jadi ya bisa dibilang semacam Timezone cuma temanya lebih spesifik. Saya tahu pertama kali gara-gara lihat Youtuber Jepang, Suzukawa Ayako, yang ke sana bersama anaknya, Hitachi.
Yang paling excited jelas Taka. Kalau saya biasa aja. "Ya, bagus," semacam itulah kira-kira komen saya pertama kali, tapi enggak sampai yang WOW. Karena Indonesia pun punya tempat semacam ini, salah satunya GI, di lantai 5 kalau enggak salah, ada wahana anak yang juga cukup luas (malah dua lantai).
Saya baru yang... apa ya... semacam terharu... ketika Mbak-mbak petugas dengan ramah dan antusias menemani anak-anak bermain, termasuk bocah, di setiap wahana yang ada. Mbak-mbak tersebut memasang wajah ceria dan ramah. Taka sendiri ditanya namanya siapa dan umur berapa.
Mungkin, memang itu yang paling mengena di hati saya karena kalau masalah teknis seperti cara bermain ya sama aja kok. Kita harus beli koin dulu sebelum main.
Meski beberapa area masih ditutup efek pandemi, tapi Taka sangat puas dan bahagia. Saya pun mengapresiasi sangat pelayanan mbak-mbaknya. Jujur, pasti kadang capek deh sepanjang hari memasang wajah ceria dan bahagia sambil sesekali tertawa menyemangati seolah hidup benar-benar berisi kebahagiaan saja. Itulah mengapa... saya terharu. Semoga mbak-mbak-nya selalu mendapat berlimpah kebahagiaan. Aamiin.
Saya jadi teringat keramahan mbak-mbak petugas di museum Maglev Nagoya yang sabaaarr banget menjawab dan membimbing pertanyaan bocah-bocah, termasuk Taka, yang kemrucus kalau kata orang Jawa. Kapan-kapan, di postingan yang berbeda, saya akan menceritakannya.
Saya tahu, orang yang bersikap ramah bukan berarti tidak punya masalah. Bahkan bisa jadi masalahnya jaauuhh lebih berat daripada orang yang terbiasa menumpahkan kekesalan ke mana-mana. Tapi, hidup adalah pilihan. Dengan segenap permasalahan yang ada yang sedang kita hadapi saat ini, kita bisa memilih kok harus bersikap bagaimana, kita bisa memilih harus nyampah ke siapa dan dengan cara seperti apa. Dan yang jelas, setiap pilihan ada konsekuensi. Jangan sampai menyesal setelah melukai. Ehh, nyambungnya kok ke sini, wkkk. LOL.
Semoga kita semua bisa bersikap profesional seperti halnya mbak-mbak petugas Thomas Town Saitama, ya. Aamiin.
Sesuai namanya, semua permainan di sini ya bernuansa Thomas atau temannya Thomas. |
Stroller dan teman-temannya diparkir dulu. |
Suasananya enggak terlalu ramai, berjarakk. |
Taka berhasil menyelesaikan misi. Yeyy! |