Hari ke-163 di Jepang: Pengalaman Naik Tsukuba Express
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - June 11, 2020
Awal ke sini, Tsukuba Express menjadi salah satu moda transportasi yang lumayan sering saya gunakan selain bus. Ya, saya memang kerap naik kereta yang bermula di Stasiun Tsukuba dan berakhir di Akihabara ini sebelum pemerintah mendeklarasikan status darurat nasional ketika ingin menyambangi prefektur lain atau bahkan ke daerah yang masih termasuk wilayah Tsukuba, seperti Kenkyuu Gakuen. Nyaman, bersih, rapi, dan cepat adalah beberapa alasan di antaranya.
Kalau dibandingkan dengan Yamanote Line, kereta yang juga lumayan sering saya gunakan ketika berada di prefektur sebelah, Tsukuba Express memang sedikit lebih mahal. Tapii, worth it lah. Apalagi, bagi orang yang di sini hanya "sedetik dua detik" seperti saya. Sebab kalau udah di Indonesia, pengin naik Tsukuba Express kan "jatuhnya" jauuh lebih mahal karena harus naik pesawat dan printilannya dulu. Huehehe.
Jika sebelum state of emergency, bisa dibilang saya lumayan sering "berinteraksi". Maka, pasca penetapan status darurat nasional, tentuu tidakk. Walaupun bisa saja saya bandel karena tidak ada sanksi, sifatnya hanya himbauan jangan pergi menggunakan transportasi publik kalau enggak terpaksa, tapi kok ya bertentangan dengan hati nurani.
Terakhir kali saya naik Tsukuba Express sebelum penetapan status darurat nasional adalah awal April, saat saya ada perlu ke City Hall untuk urusan pajak. Setelah itu, terpaksa BIG NO demi keamanan diri sendiri, keluarga, dan juga yang lain. Barulah saya menggunakannya lagi sehari sebelum Idul Fitri, saat kondisi darurat di Tsukuba sudah dicabut.
Untuk informasi mengenai Tsukuba Express, sebenarnya teman-teman bisa membacanya sendiri di website-nya. Superr lengkap dan mudah dimengerti sehingga sangat memudahkan pendatang baru seperti saya dulu. Jadi, di postingan ini saya hanya akan berbagi pengalaman saja yang sifatnya personal dan subjektif. :)
Lokasi masuk menuju kereta api Tsukuba Express ini kalau dari tempat pemberhentian bus menurunkan penumpang adalah tepat persis di sebelah kiri. Mudah dijangkau, ya. :)
Cara naiknya pun cukup mudah, yaitu:
- beli tiket; atau
- pakai IC Card.
Dua cara tersebut sama-sama bisa dilakukan di vending machine.
Saya pribadi belum pernah menggunakan cara pertama. Cara kedualah yang selama ini saya pakai karena lebih praktis. Saya hanya tinggal nge-tap kartunya saja di pintu masuk dan keluar.
Seperti di bawah ini "penampakan" IC card yang saya gunakan. Namanya kartu PASMO.
Selain PASMO, sebenarnya ada SUICA. |
Cara mendapatkan kartu PASMO gampang banget.
- Datangi vending machine yang di setiap stasiun hampir pasti ada. Saya dulu belinya di Stasiun Tsukuba.
- Kalau di Tsukuba, ada dua warna vending machine: pink dan biru seperti pada gambar di atas. Yang pink hanya untuk isi ulang atau mengecek saldo saja tanpa harus memasukkan kartu ke mesin. Yang biru untuk beli kartu PASMO baru dan mengecek saldo atau isi ulang dengan memasukkan kartu ke mesin.
- Jangan lupa pilih bahasa Inggris jika bahasa Jepang-nya baru bisa seputaran Arigato dan Gomenasai saja. Lebih-lebih, kalau masih "buta huruf" (hiragana, katakana, dan kanji). Ya, daripada panik sendiri mendingan kan pakai bahasa yang pasti-pasti aja. LOL. Seperti gambar di bawah, ya. Selanjutnya, tinggal jalankan saya sesuai instruksi. :)
- Berikutnya, siap masuk ke gate.
Oh iya, enggak ada salahnya kalau kita melihat tarif di "Fare Table". Kita bisa memperkirakan apakah saldo yang ada cukup atau tidak serta memperkirakan berapa banyak biaya yang kira-kira akan kita keluarkan.
Saya sendiri selain memperhatikan tarif juga suka mantengin rutenya. Antara Tsukuba dan Akihabara, mampir ke mana aja sih keretanya.
Saya tulis ulang rutenya dari gambar di bawah, ya:
- Tsukuba
- Kenkyuu-gakuen
- Bampaku-kinenkoen
- Midorino
- Miraidaira
- Moriya
- Kashiwa-Tanaka
- Kashiwanoha-campus
- Nagareyama-otakanomori
- Nagareyama-centralpark
- Minami-nagareyama
- Misato-chuo
- Yashio
- Rakucho
- Aoi
- Kita-Senju
- Minami-Senju
- Asakusa
- Shin-Okachimachi
- Akihabara
Yang warna biru adalah tarif untuk dewasa sedangkan yang pink adalah tarif untuk anak-anak. Bersyukur, seusia Taka masih free. |
Rute lebih kompleksnya seperti gambar di bawah ini. Tolong dihafalkan kali aja ditanyain pas masuk ke mana. LOL.
Kalau untuk jenis keretanya sendiri berdasarkan mampir enggaknya ke stasiun juga kecepatannya ada empat, yaitu:
- Local: mampir ke setiap stasiun, jadi lebih lama.
- Semi-rapid: enggak mampir ke setiap stasiun.
- Commuter-rapid: enggak mampir ke setiap stasiun.
- Rapid: hanya mampir di stasiun tertentu saja, jadi yang paling cepat.
Untuk keterangan masing-masing bisa dilihat melalui gambar di bawah ini.
Sebelum Covid melanda, saya jarang sekali mengambil foto mengenai suasana kereta dan sekitarnya. Barulah pas sepi (sebelum penetapan masa darurat tapi sudah mulai ada tanda dan setelah pengangkatan status tersebut), saya bisa mengambil beberapa foto. Di bawah ini sedikit hasil "tangkapan" saya.
Suasana di luar kereta:
Biasanya ramai orang mengantre. |
Lokasi di Stasiun Kenkyuu-gakuen. |
Lokasi di Kenkyuu-gakuen. |
Suasana di dalam kereta:
Kalau ramai, mana bisa foto-foto. |
Baik saat sepi maupun ramai, tetap dan selalu bersih. TIDAK ADA SAMPAH BERSERAKAN. |
Di dalam keretanya sendiri, penumpang "dimanjakan" dengan WIFI gratis. Meski demikian, kita tetap tidak boleh membuat kegaduhan, misalnya video call atau semacamnya.
Itu tadi pengalaman saya naik Tsukuba Express. Tiap orang bisa berbeda, sih. Untuk sekarang, meski Tsukuba statusnya sudah di stage 1, saya masih belum tahu kapan akan menggunakannya lagi. Mungkin nanti ketika hati saya benar-benar yakinn. Bismillah. :D
12 comments
Sepi banget, mbak?!
ReplyDeleteVending machine-nya masih ada bahasa Inggrisnya juga, ya. Kirain kanji semua.
Iya, Mbaksay
DeleteIni pas detik2 pemerintah netapin status darurat sm sesaat stelah pemerintah nyabut status darurat xixixi
Kalau biasany rame g brani futu2 mbaa wkk
Iya mbaa alhamdulillah y d sini udahk udah autobahasa inggris, klo kanji smua nyerah dah aku hahhah
Wuih pengaruh banget ya covid 19 di sana juga ternyata transportasi umum begitu sepi jadinya...
ReplyDeleteWhen I visit and stop by at Japan, I really enjoyed this mode of transportation as well. They are clean, fast, reliable, and have extensive networks
ReplyDeleteWhuaa...selama di Jepang bisa eksplore moda transportasinya yang keren ya, pengen deh ke sana cobain naik Tsukuba Ekspress, anakku tuh yang senang dengan segala sesuatu serbaJepang.
ReplyDeleteWoah Jepang! Gimana kak keadaan di sana selama pandemi gini? Btw transportasi di Jepang itu kece banget yah kak, duhh jadi mupeng mau ke sana. Thanks infonya ya kak
ReplyDeleteVending machinenya canggih banget ya. Di sana mayoritas sudah seperti itu ya. Tadi aku bacanya Tsubasa hehehe itu sih kapten ya ternyata Trsukuba express
ReplyDeleteMakin pengen ke Jepang lagiii iih...
ReplyDeleteAku dulu ke Akihabara dari Yokohama jauh pissaan...terus gonta-ganti kereta.
Tapi di Jepang itu....jalan sejauh apapun kok gak kerasa capek yaah...??
Sampai rumah, makan, capeknya langsung Bhay.
Ada apa?
Senang ya kalau lihat fasilitas public transportation di negara maju. Selalu bagus, bersih dan modern. Ciri khas orang yang harus selalu bergerak cepat. ;)
ReplyDeletebersih banget ya mba area disana, masih cita-cita nih bisa berangkat ke Jepang bersama keluarga.
ReplyDeleteBersih banget ya. Kalau sudah mulai berjalan lagi setelah pandemi dan mengingat orang Jepang sangat displin, sepertinya kalau ada peraturan ini dan ini termasuk memakai masker dsb, sepertinya jarang ya yang akan melanggar he he. Jadi sesama pengguna fasilitas umumpun merasa lebih aman dan nyaman.
ReplyDeleteSepi kok an ya mba Miyo? Waaa jalan-jalan ke Jepang pengen juga bisa main ke situ
ReplyDeleteBelum pernah ke Jepang. Tapi kebershannya benar-benar terawat ya mba. Jadi ingat Hongkong kalo lihat kebersihan macem ini.
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)