Setelah sekian lama vakum menulis, padahal rencana awal begitu muluk tiap hari ingin update, akhirnya keinginan untuk berbagi
Sebagaimana sahabat lama yang baru saja bertemu, maka biasanya hal pertama yang ditanyakan adalah, "APA KABAR?"
Alhamdulillah, aku dan keluargaku baik-baik saja sejauh ini (dan semoga seterusnya). Doa yang sama dari hati terdalam buat teman-teman juga, ya. Aamiin.
Enggak nyangka, udah hampir lima bulan aku menjadi bagian dari Kota Tsukuba. Dari yang awalnya enggak tahu jalan sampai kemudian alhamdulillah tahu hingga pojokan. Efek hampir tiap hari ngeluyur jogging. Dari yang awalnya enggak terbiasa dengan ketiadaan abang-abang tukang bakso mari-mari sini, abang-abang gojek, abang-abang gofood, abang-abang cilok, dan abang-abang lainnya sampai kemudian udah terbiasa bangett hari-hari hanya diisi dengan abang-abang sopir bus (udah tua sih rata-rata, jadi bukan abang-abang lagi dong, ya). Intinya, sense of belonging-ku dengan segala sesuatu yang ada di sini porsinya makin nambah.
Rasa syukur kepada Allah yang telah memberi kesempatan suami untuk bisa tugas belajar di sini enggak lupa aku ucapkan setiap saat. Alhamdulillah. At least, meskipun enggak sampai yang belasan atau mungkin puluhan tahun, tapi lumayanlah ya kubisa merasakan bagaimana hidup di negeri sakura selama setahun lebih dikit. Jika dulu aku jadi ikut residensi penulis (sempat ikut sebenarnya, tapi kemudian enggak jadi karena hamil), bulan sekarang ini aku udah harus cabut karena maksimal programnya hanya tiga bulan saja. Betapa rencana Allah selalu lebih indah, Kawan.
Seperti yang sering aku singgung di postingan sebelumnya bahwa Jepang adalah negara impianku. Tidak hanya aku saja mungkin, tapi banyak orang. Maka, bersyukurlah yang punya kesempatan tinggal di sini belasan atau bahkan puluhan tahun. Meski, ini hanya sekadar pendapat dari sudut pandang pendatang yang baru lima bulan di sini (dan opini bisa sangat bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu). :)
JUJUR, yang membuatku gusar atau panik (meski di luar nampak cool) adalah ketika awal Maret kemarin mulai ditemukan kasus coronavirus di tanah air. Padahal, semula, aku masih biasa aja dengan virus yang menghantui semua orang di seluruh dunia ini. Biasa dalam artian tetap waspada, tapi enggak panik. Toh, di tanah air AMAN. Aku yang di sini pun lumayan tenang. Harapan dan doa terus kupanjatkan agar di sana tidak akan ada. Aku sempat yakin karena Indonesia terbukti kuat saat flu burung menyerang dunia beberapa tahun silam. Namun, keyakinan tersebut berubah menjadi was-was dan khawatir. Lebih-lebih, jumlah kasus di tanah air sekarang sudah berada di atas Jepang padahal di sinilah yang lebih dulu kena.
Meski raga di negeri sakura, tapi hati biar bagaimana selalu untuk tanah air tercinta.
2 comments
Dengan lama ga ketemu abang-abang..lama-lama bakat terpendam mulai muncul..the power of kepepet.. :)
ReplyDeleteHahahah benerrr mbaaaa 😆😆🤣🤣
DeleteMakasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)