Hari Ke-6 di Jepang: Melapor sebagai Warga Baru ke Tsukuba City Hall
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 06, 2020
Senin 6 Januari, selain hari pertama orang masuk kerja setelah libur tahun baru juga merupakan waktuku melapor ke Tsukuba City Hall. Hal ini wajib dilakukan oleh siapa saja yang pindah dari luar ke sini atau dari sini ke luar. Intinya sih harus "kulonuwun" sebagai pendatang baru. Waktu maksimal pelaporan adalah dua minggu dihitung dari waktu kedatangan. Jadii ya sebaiknya enggak ditunda-tundaa.
Tsukuba City Hall ini lokasinya si Kenkyu Gakuen. Kalau dari dormitoryku, cukup naik bus ke Tsukuba Senta, lanjut kereta api Tsukuba Express menuju Kenkyu Gakuen.
Stasiun Kenkyu Gakuen, dokpri |
Ini merupakan kali kedua aku ke Kenkyu Gakuen. Dua hari sebelumnya, aku ke sini cuma buat jalan-jalan biasa aja. Kesan keduaku sama seperti pertama: RAPIII dan BERSIH.
Sebenarnya dari Kenkyu Gakuen Station, kita masih harus jalan kaki untuk mencapai City Hall. Tapi berhubung aku suka jalan, pun bocil dan ayahnya, jadi kami seneng-seneng aja.
Bocah seneng bangett, dokpri |
Begitu sampai di City Hall, orang-orang baik Jepang maupun luar Jepang memenuhi lokasi dengan keperluan masing-masing. Ya, kalau aku simpulkan sendiri dari mengamati, Tsukuba City Hall ini tempatnya warga sekitar menyelesaikan urusan-urusan administratif. Semua tumplek blek di sini. Tinggal pilih saja loketny sesuai urusan masing-masing. Aku memilih loket "foreigner".
Untuk melaporkan kedatangan, dokumen-dokumen yang harus aku bawa:
1. Pasporku dan Taka
2. Paspor Mas Ryan selaku kepala keluarga
3. Resident card Mas Ryan, aku, dan Taka
4. Kartu asuransi Mas Ryan
5. Mengisi form yang sudah disediakan di loket
Meski Mas Ryan sudah mengurus alias melapor September silam begitu sampai sini, tapi dokumennya tetap butuh disertakan lagi. Ya tentu saja karena kami keluarga dengan Mas Ryan selaku kepala keluarganya.
Dalam proses pengurusannya, ada helper yang siap membantuu. Bersyukur rata-rata mereka bisa bahasa Inggris jadi yaa membantu bangetlah, ya. Pun di loket "foreigner", petugasnya juga bisa bahasa Inggris. Alhamdulillah.
"You could go to kids' room, Mom. The location is in the corner," tahu aja mbaknya kalau Taka bosaan. Dia memberitahuku sambil tersenyum ramah.
Main sendiri sambil nunggu temenn, dokpri. |
Temennya manaa, dokpri |
Jujur, aku cukup kaget walau senang. Aku pernah baca katanya orang Jepang (ya sebenarnya semua orang sih ya) paling males dikepoin urusan pribadi karena dianggap enggak sopan. Tapi kalau kemudian mereka bertanya ke kita hal-hal yang sifatny lumayan pribadi, itu tandanya sudah mulai tertarik. Wahh.... Jelas aku dengan sukarela bilang kalau dari Indonesia, nama anakku Taka, dan usianya almost 3 years old. Dia balik merespon memberi informasi nama anak dan usianya. Wow. Xixixi.
Sayangnya, karena dia cuma ganti alamat aja alias pindah rumah jadi yaa urusannya cepat selesaii. Sayonaraaa. Taka sebatang kara lagii. Huehehe. Enggak apa-apa ya, Nak.
Tapi enggak lama, ada ibu muda lainnya melambaikan tanganny ke arahkuu. Awalny bingung, tapi aku kemudian baru ingat kalauu...
"Hi, I saw you in the train," kataku setelah sadar bahwa dia adalah ibu muda yang aku temui di kereta tadii yang anaknya tantrum.
"Happy to see you again, I am..."
"Me too, am Miyosi,"
Taka ceria lagi karena ada temannya. Sama ibu yang kedua ini enggak butuh waktu lama untuk akrab karena kami bernasib sama. Dia datang dari salah satu negara di Asia Tenggara. Bedanya, kalau aku di sini karena suami kuliah, dia karena suaminya pindah kerja sebagai staf ahli.
"Sometimes, I feel worried when seeing my son did like that," curcolku setelah lihat Taka dan anaknya sama-sama rol depan. Hadeeehhh.
Dia juga cerita bahwa punya anak cowok emang sesuatu, jadi stok sabar harus melimpah. LOL.
"Hey, have you ever visited Indonesia?"
"Just Bali, I want to explore Indonesia more one day,"
Kenapa ya selalu Bali, kan ada Jatim Park. Batinkuu. 🤣
Setelah cukup lamaaa ngobrol ngalor ngidul termasuk tanya alamat dan macam-macam, kami pisah saat urusan udah selesaii. Sedihh. Padahal aku senang punya teman sesama ibu muda. Semoga pas Taka sekolah nanti bisa dapat teman lagi, ya. Xixixi.
Terusss... melaporkan diri tadi hasilnya apaaa??
1. Aku dan Taka dapat kartu asuransii, kalau Ayah bocah udah duluan, kan. Tentu saja karena punya kartu asuransi, tiap bulan kami wajib bayar premi.
2. Jika anak sakit atau vaksinn, jatuhnya gratiss.
3. Kalau ortunya sakit, enggak bayar full
4. Taka dapat tunjangan anak per bulan yang dibayar secara berkala, dirapell
5. Dapet guidance book tentang Tsukuba. Isinya udah lengkap kap, tinggal baca tokk. Woww. It will be helpful.
Lengkappp bangett, dokpri |
Sayangnyaa, karena kami kelupaan enggak bawa buku data anak yang didalamnya ada data vaksin, jadi yaa aku mesti balik lagii.
Kesankuu: pelayanannya OPTIMAL! 9,8 dari 10 karena kesempurnaan cuma milik Allah, kan. Hehehe.
Hari berikutnya, ada kejutan apa lagii? Can't wait!! Hehehe.
19 comments
Masya Allah...pelayanan yang nyaman ya Mbak...apalagi ada kids cornernya...ramah anak deh.
ReplyDeletePelayanannya bagus, ya, Mbak. Ada area untuk bermain anak juga. Seru ya, bisa ke Jepang. Moga suatu saat saya juga kesampaian datang ke sana.
ReplyDeleteTerima kasih telah berbagi pengalaman. Insya Allah sangat berharga bagi yang ingin melapor juga sebagai warga baru Jepang. Waah kapan ya saya? Hihi... Btw, si kecilnya lucuu😘
ReplyDeleteMungkin kalau Jatim Park kurang menarik, karena lebih menarik Disneyland Mbaaa, hahahaha.
ReplyDeleteBali emang terkenal sih, dan salah satu tempat wisata yang lebih ramah turis kali ya.
Makanya terkenal, padahal di Indonesia itu luas banget!
Btw asyik ya di Jepang, yang namanya pelayanan tuh ramah-ramah, ramah segala hal termasuk ramah anak :)
Penasaran sama cerita selanjutnya. Buat referensi kalau ada yang mengajak ke Jepang lagi. Pernah diajakin ke Jepang, cuma liburan seminggu padahal. Tapi akunya mikir, apa yang menarik di sana? Karena benar-benar blank tentang Jepang. Mimpinya ke Italia soalnya. Dasar aku... rezeki ditolak. Pas cerita Mba rada nyesel deh dulu nolak.
ReplyDeleteAsyik yah mbak bisa tinggal di Jepang, pengalaman bertambah kenalan juga.
ReplyDeleteJangan-jangan nanti saat pulang anaknya sudah lupa berbahasa Indonesia, hahaha...
Warga Jepang itu luar biasa dalam kebersihan, ketertiban dan kejujuran. Waktu ke sana, teman saya jam tanganya tertinggal di toilet tempat pemberhentian bus. Jam tangan tersebut terbuat dari emas dan hadiah ulang tahun perkawinana dari suami. Kita telpon ke tempat pemberhentian tersebut dan jam tangan siap dikirim ke hotel kita. Pokoknya luar biasa, saya suka dan betah berada di Jepang.
ReplyDeletebuku panduannya cakep banget ya, covernya. senenglah kalau pelayanannya prima, ya
ReplyDeletePas backpackeran sama suami dan anak-anak ke Bogor, kami juga banyak jalan kaki, dan ini semacam diliatin orang-orang, bingung kali ya kenapa gak naik kendaraan aja. Padahal seru juga jalan kaki, bisa bakar kalori, lebih sehat, dan bisa nikmati pemandangan lebih detail
ReplyDeleteSenangnya yang jalan kaki. Senang juga membaca cerita mba. Moga makin betah yaa
ReplyDeleteJatim park belum go internasyenel mbak. Wkwkwk...
ReplyDeleteSoal yang kemana-mana jalan kaki itu di Bogor masih banyak lho. Terutama perempuannya. Di sini angkot buanyak sekali. Jadi banyak juga yang lebih pilih ngangkot dibanding belajar naik motor. Awalnya heran sih. Tapi make sense.
Pernah cobain juga. Seru juga sih. Lagian nggak susah dapet angkotnya.
Bedanya sama Jepang, of course, di situ pasti super bersih.
Kwkwk Jatim park sama museum angkut bukan? Hihi.. Senengnya bisa tinggal di sana, Mbak.. Kitanya bersih, udaranya juga. Seneng banget ya ternyata orang sana ramah-ramah banget mau ngobrol. Di Indo aja kadang kita sering diem2an aja kwkwk
ReplyDeleteBelum penah ke Jepang, cuma transit di bandaranya saja..
ReplyDeleteWow bangets punya pengalaman tinggal di sini, ditulis di blog lagi
Itu yang bikin aku nyesel dulu, tahun 2009-2011 ikut suami kuliah di Amerika, pas aku belum ngeblog. Jadi enggak punya arsip cerita. Hiks
Ditunggu ceita menarik lainnya ya, Mbak Miyosi
Wah, apakah aku harus mengikuti jejakmu untuk pindah ke Jepang hehee. Jalan kaki itu emang rasanya seru banget. Banyak hal-hal yang bisa diperhatikan dengan jelas saat jalan kaki uwuwuwu
ReplyDeleteSaya suka banget membaca tentang kehidupan di negeri-negeri yang lain. Berasa udah pernah menginjakkan kaki ke tempat asing itu, meski nyatanya raga ini masih di sini-sini aja.
ReplyDeleteKalau menurut daku dimana pun kita tinggal sebenernya bisa menerapkan jalan kaki sebagai lifestyle, tinggal bagaimana konsistensinya menghadapi godaan dan bisikan 😁
ReplyDeletewwkwkwkwk iya ya, kenapa harus dan selalu Bali yang menjadi magnet bagi para turis hhiihi. Cerita keseruannya bikin aku betah baca blog nya mba. Dan ya ampun iya banget, kalo soal jalan kaki, di Jakarta aja kayak dipandang gimana gitu jalan 1 km aja haha
ReplyDeletePengen juga suatu saat ke Jepang, Jepang terkenal dengan kedisiplinan dan kerja kerasnya ya mbak..hehe..baru tahu kalau harus lapor juga sebagai pendatang..
ReplyDeleteJalanan bersih, buku-buku di kids corner juga rapi. Apa nggak rindu keruwetan Indo, Mbak? Haha
ReplyDeleteMakasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)