Tips Membuat Tulisan Perjalanan ala Prita H.W.
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - September 09, 2019
Setiap orang pasti pernah pergi ke suatu tempat, entah yang berjarak jauh untuk jangka waktu tertentu atau yang hanya berjarak dekat & sekelebatan saja. Perjalanan sendiri dimaknai beda-beda oleh masing-masing individu. Kalau buat saya, setiap hal yang kita alami di luar "zona nyaman" alias rumah adalah perjalanan. Setiap hal yang "memaksa" kita untuk beradaptasi, itu juga perjalanan. Boleh dibilang, perjalanan tidak hanya yang sifatnya lahir, tapi juga batin. Tidak hanya yang membuat kita senang/bisa melepas penat, namun juga yang membuat kita kaget/kurang menyenangkan.
Itu sebabnya, buat saya, perjalanan -ke mana pun dan dengan siapa pun- harusnya tidak hanya menjadi kenangan dalam tumpukan foto saja, melainkan juga hikmah dan pelajaran. Merangkumnya dalam sebuah tulisan bisa menjadi salah satu caranya.
Mungkin, tidak hanya saya saja yang berpikir demikian, kalian juga. Ya, mengikat perjalanan yang sudah/pernah/akan kita lakukan adalah cara terbaik untuk membuatnya kekal. Berapa dekade kemudian ketika kita melihatnya lagi, jejak masa lalu yang sarat makna itu bisa dengan mudah terpampang lagi.
Sayangnya, enggak sedikit di antara kita yang terlewat menuliskan catatan perjalanan dengan berbagai macam alasan. Menganggap yang dilalui tidak menarik, tidak sempat menuliskannya karena kesibukan, hingga masalah-masalah teknis seperti kesulitan mulai menuliskannya dari mana.
Ah, ini seolah tamparan juga untuk saya pribadi. Bekasi, Balikpapan, Lampung, Bali, Yogyakarta, Palembang, dll... sudah lama ingin menulis mereka semua dari sudut pandang saya. Tapi kenyataannya, hingga detik ini baru beberapa saja yang terealisasi. Sisanya, masih tersimpan rapi di tumpukan folder. Bukan karena saya menganggap perjalanan-perjalanan itu membosankan atau tidak menarik, bukan. Melainkan karena pekerjaan utama sebagai penulis buku & artikel (genre lain) yang memaksa saya harus mengesampingkan mereka untuk sementara. Ya, di samping sisi perfeksionis juga, sih. Saya akui. Ah, manusia memang pandai beralasan, ya. Maafkan.
Beberapa waktu yang lalu ketika senggang, saya jalan-jalan ke blognya salah satu sahabat. Boleh dibilang, saya paling suka tulisan-tulisannya di blog yang membahas tentang traveling. Pemilik The Jannah Institute yang di masa lalu pernah menulis buku bareng saya ini enggak hanya sekadar menulis catatan perjalanan, tapi juga "membumbuinya" dengan perasaan. Sehingga, yang baca enggak hanya sekadar melihat "daftar menu" jika diibaratkan singgah di restoran, namun yang lain juga. Kalau kalian pernah baca buku-bukunya Agustinus Wibowo, enggak berlebihan kalau saya bilang tulisan teman yang beberapa waktu silam pernah kopdaran di Balikpapan ini setipe. Yaa, walaupun setiap penulis pasti punya ciri khas masing-masing, ya.
Beberapa tulisan perjalanan Mbak Prita yang ada di blog www.pritahw.com favorit saya yakni:
Bersyukur, Mak Prita, begitu saya biasany memanggil, enggak pelit untuk membagikan ilmu bagaimana menulis catatan perjalanan yang mengalir. Menurut penulis yang saya wawancarai melalui Whats App beberapa waktu yang lalu, membuat cerita perjalanan itu sebenarnya sederhana. POIN PENTING yang harus digarisbawahi adalah niatkan untuk berbagi semua rasa yang kita alami.
Sedangkan proses menulisnya sendiri menurut ibu satu anak ini sebenarnya enggak bisa "asal tulis" tanpa perencanaan dan persiapan. Bahkan, jauh-jauh hari sebelum melakukan perjalanan, bahan/materi apa yang akan kita tulis nanti harusnya sudah ada.
Sebenarnya, ini enggak hanya berlaku untuk tulisan perjalanan saja, ya. Menulis buku pun akan lebih terasa lancar dan enggak kesasar kalau dibuat rancangan atau outline-nya lebih dulu. Kita nih mau ke mana dan ngapain, sih. Jadi, hubungan kita mau dibawa ke mana, nih? Ya kira-kira begitu.
Jika dirangkum, beberapa tips dari Mak Prita untuk membuat tulisan perjalanan yang menarik yaitu:
1. Bawa peralatan "perang" seperti kamera, baterai, smartphone, powerbank, dan yang serupa untuk merekam momen-momen yang akan ditangkap mata dan hati. Kalau laptop, sifatnya tentatif. Saya pun sudah sejak lama mengetik pakai HP, bukan laptop. Alasannya? Emak-emak yang anaknya masih batita kok ya rempong banget ya kalau harus dikit-dikit buka laptop.
2. Niatkan jadi slow travel (pejalan yg menikmati perjalanan). Ya, bukan hanya sekadar mengabadikan! Maka, enggak masalah jika saat perjalanan enggak terhubung dengan media sosial. Nikmati saja setiap langkah dan tingkah laku orang-orang di sekitar kita. Aktifkan semua panca indera.
3. Berinteraksi dengan orang-orang sekitar dan penduduk lokal untuk melihat sesuatu dari sudut pandang lain.
4. Peka untuk menangkap momen di sekitar kita dengan kamera, jangan hanya hanya foto selfie atau foto diri aja.
5. Bagaimana saat mulai menulis? Tidak ada aturan baku. Ada banyak cara tergantung penulisnya. Mulai dari hal yang paling menarik, salah satunya.
6. Saat menulis bayangkan lagi kita akan menceritakannya ke teman yang enggak ikut serta dalam perjalanan. Apa yang akan kita ceritakan agar dia tertarik mengikuti?
7. Jangan lupakan foto-foto yang menunjang cerita sebagai penguat.
8 Tutup dengan hikmah yang bisa diteguk dari perjalanan itu.
Bagaimana tips dari Mak Prita? Aplikatif sekali, ya.
Yaa....
Sejatinya... memang....
Tidak ada perjalanan yang tidak spesial sekali pun ke daerah yang sudah sangat mainstream atau bahkan hanya ke sekitar tempat tinggal karena pastinya setiap orang punya kesan dan sudut pandang beragam terhadap obyek yang sama.
Tidak ada perjalanan yang tidak seru untuk diceritakan dalam bentuk tulisan. Yang ada, kitalah yang membuat banyak alasan.
Tidak ada perjalanan yang basi untuk diceritakan karena kadang informasi di masa lalu pun berguna untuk masa sekarang.
Semoga tips dari Mbak Prita di atas bermanfaat. Yuk, menulis!
6 comments
Tengkyu Miyosiii sayanggg. Wah, kl disamain Agustinus Wibowo, jauh kali ya. Maksudnya salah satu inspiratornya adl Agustinus Wibowo :)
ReplyDeleteMirip, Sist
DeleteCm beda fokus aja
Intiny story tellingny menurutku sebagai pembaca sama2 bagus gak bikin yg baca kaborr duluan wkk
Setuju kak, kadang aku pun juga gitu kalau pas nulis. Suka mundur duluan karena merasa sudah banyak menulis tentang topik tersebut. Tapi ternyata tetap harus ditulis ya karena penyampaian tiap orang pasti unik. Thanks remindernya kak.
ReplyDeleteIyes
DeleteKarena fokus tiap orng beda2 ya
Keren. Tulisannya ngena bgt.
ReplyDeleteKalau berkenan mohon krisannya dong kak untuk tulisanku di Cerita Alister N. Makasih 🙏🙏
Makasih dah mampir
DeleteMakasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)