Judul: Sukses Bekerja dari Rumah
Penulis: Brilyantini
Penerbit: Stiletto Book
Tahun terbit: 2015
Jumlah halaman: 245
Beli di: Gramedia Yogyakarta, 2016
Waktu baca: 3 - 4 Januari
"Emang di rumah aja bisa dapet duit?"
"Di rumah, ngapain?"
Pertanyaan di atas kerap terlontar 10 atau mungkin 15 tahun yang lalu dimana kegiatan bekerja dari rumah memang masih belum populer, bahkan dianggap aneh. Kalau sekarang sih ketika masih ada yang bertanya begitu, hati kecil seolah ingin berkata, "Kakak datang dari masa lalu, ya? Kalau di masa depan hal ginian udah populer, Kak," Sayang, saya belum berniat mengucapkannya secara langsung. Ah, cemen. LOL.
Saat ini, bekerja dari rumah memang bukan hal yang aneh lagi. Bahkan, sudah mulai menjadi tren. Di Amerika misalnya, berdasarkan sebuah survei, dikatakan bahwa tahun 2020 nanti jumlah pekerja lepas akan ada sekitar 65 juta. Ingin kebebasan menjadi salah satu alasan utamanya. Bekerja tidak hanya semata-mata mencari uang untuk penghidupan saja atau yang sifatnya lahir, batin juga. Begitu yang dijelaskan di halaman 6 buku ini.
Meskipun sudah bukan hal yang aneh lagi, namun memutuskan bekerja dari rumah pun tidak bisa sembarangan. Butuh rencana dan strategi agar sesuai harapan. Lebih-lebih, jika yang memutuskan demikian adalah tulang punggung keluarga.
Setidaknya, menurut buku yang ditulis oleh seorang wanita yang sudah 20 tahun malang melintang di dunia media perempuan sebelum pada akhirnya resign dan memutuskan bekerja dari rumah, ada 9 poin penting yang harus diperhatikan. Dan, 9 hal penting tersebut diulas secara mendalam per bab.
Bab 1 misalnya, dibahas tentang persiapan sebelum mulai bekerja dari rumah. Jika pada bagian pengantar dijelaskan tentang plus minus bekerja dari rumah, maka di Bab 1 ini adalah lanjutannya. Kita diajak untuk MENGENAL baik karakter kita maupun medan perjuangan baru yang akan kita hadapi.
Misal, apakah kita tipe orang yang malas dan nunggu disuruh? Jika seperti itu, ubahlah karakter lebih dulu karena kalau dibiarkan akan menghambat pekerjaan. Orang yang memutuskan bekerja dari rumah harus aktif mencari proyek. Jelas tidak bisa jika hanya diam menunggu kemudian pasrah.
Bab 2, berisi ragam profesi yang bisa dikerjakan dari rumah. Beberapa profesi yang disebutkan di bab ini mungkin ada yang belum familiar buat pembaca.
Bekerja dari rumah berarti harus sudah sangat siap mandiri, termasuk dalam hal modal. Seperti yang dijelaskan pada Bab 3, kita bisa memilih cara mendapatkan modal sesuai dengan yang kita yakini. Tentu, semua ada kelebihan dan kekurangan serta tata caranya.
Di Bab 4, penulis memberi panduan apa saja yang harus kita lakukan jika benar-benar ingin bekerja dari rumah. Resign pun ada seninya, tidak langsung saat itu juga. Di bab ini, penulis juga menjelaskan cara-cara untuk menawarkan jasa diri ke klien, terutama yang melalui media sosial.
Silaturahmi bisa membuka pintu rezeki. Begitu katanya. Semua setuju. Bagi orang yang bekerjanya di rumah, silaturahmi berarti memperbanyak link. Jika kalian termasuk orang yang enggak mudah akrab pada orang lain sehingga itu yang menghambat keinginan kerja dari rumah, tenang saja, di bab ini solusinya. Ada tips bagaimana cara memperluas jaringan secara natural, seperti apa menjadi kreatif di tengah orang-orang kreatif, dll. Semua tips yang terangkum di Bab 5 ini jelas diperlukan bagi siapa saja yang ingin merintis usahanya baik jasa maupun tidak.
Berikutnya, Bab 6, penulis menjelaskan seperti apa mendesain ruangan yang bagus untuk berkantor di rumah serta apa saja yang harus dipersiapkan. Tidak harus "wah" karena memanfaatkan ruangan yang ada pun bisa. Yang penting kan bisa bekerja. Meski, bukan berarti bodo amat juga.
Setelah hampir semua poin penting dijelaskan, pada Bab 7 ini dibahas tentang bagaimana cara membangun citra positif, terlebih di media sosial. Ini bisa dikatakan poin SANGAT PENTING yang kerap dilupakan. Padahal, ada berapa banyak orang kehilangan pekerjaannya hanya karena status di media sosial yang provokatif. Ehm, tentu ini sangat merugikan masa depan sendiri.
Di Bab 8 dijelaskan tentang pengelolaan keuangan. Pekerja lepas ini tidak mendapat gaji bulanan, melainkan hanya per proyek saja. Itu sebabnya, mengelola keuangan pribadi dianggap pengetahuan dasar yang harus dikuasai pekerja lepas. Jangan sampai uang yang sudah dikumpulkan sedikit demi sedikit tersebut "hilang" begitu saja hanya karena yang punya enggak bisa mengelola. Sementara, proyek yang diterima belum tentu selalu dalam jumlah besar. Kadang-kadang malah enggak punya proyek sama sekali.
Terakhir, enggak afdol rasanya kalau di buku "Sukses Bekerja dari Rumah" ini enggak melampirkan juga contoh-contoh mereka yang memilih bekerja dari rumah dan sukses. Profil yang ditampilkan di buku ini berasal dari berbagai macam bidang seperti fashion, graphic design, penulisan, PR, dll. Mereka juga memberikan tips sukses berdasarkan pengalaman masing-masing yang bisa ditiru.
Menurut saya, buku ini lebih ditujukan untuk wanita. Hal tsb bisa dilihat di bagian pengantar yang membahas kegalauan banyak ibu yang enggak mau ninggalin anak karena kerja kantoran, tapi di sisi lain juga harus tetap bekerja dengan alasan beragam. Padahal, yang mengalami dilema seperti ini enggak hanya wanita, laki-laki juga. Tidak sedikit kaum laki-laki yang ingin bekerja di rumah, tapi masih mempertimbangkan banyak hal. Mungkin, suatu saat nanti harus ada juga buku bekerja dari rumah yang mewakili kaum laki-laki. Sebagai penyeimbang, maksudnya.
Dan kesimpulannya, poin penting BEKERJA sebenarnya memang bukan pada lokasi, tapi KEGIATAN yang dilakukan. Jadi, di rumah pun ya ayo saja selama itu produktif. Yang penting, kita sudah memiliki bekal memadai, bukan gelas kosong yang enggak tahu apa-apa alias cuma modal nekat. 9 poin penting yang ada di buku ini mungkin bisa membantu kita merealisasikannya.
2 comments
Mbaaaa kok keren banget ya poin-poinnya, dan terus terang itu udah saya alami hahaha
ReplyDeleteBekerja di rumah itu sebenarnya jauh lebih sulit dari kerja kantoran, karena gak ada yang ngawasin, gak ada yang ngatur, ya sebisa kita komit di awal dulu, biar gak bubar jalan haha
Bener mb
DeleteTosss
Udah gitu sering dianggep gak ngapa2in lagi sama masy yg masih berpikir ala zaman penjajahan
Wes sabar
Eh curcol jg wkkk
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)