5 Tempat Makan Penuh Kenangan di 5 Kota, Nomor 5 Tinggal Nama
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - November 26, 2018
Teman-teman pasti punya tempat makan favorit yang seolah langsung bisa memutarkan memori masa lalu ketika bertandang ke sana. Mereka sudah menempati ruang khusus di hati. Sehingga, biar pun ada banyak tempat makan baru dengan berbagai macam desain, karakter, dan menu, kita tetap tidak bisa lepas dari tempat makan bersejarah tsb.
Saya pun demikian. Ada begitu banyaakk tempat makan kenangan yang terekam dari sejak saat saya tinggal di kampung halaman hingga merantau ke kampung orang. Semua tempat favorit itu ibarat saksi bisu sejarah perjalanan hidup.
Misalnya saja yang pertama, SROTO SOKARAJA DEPAN UNISMA BEKASI.
Rada lucu sebenarnya karena saya menemukan makanan khas daerah ini bukan di tempat asalnya melainkan di daerah lain. Walaupun, yang jual memang orang asli tempat makanan khas tersebut berasal.
Biasanya, saya kerap ke sini bersama teman-teman penulis dan guru penulis (skenario) selepas pelatihan di Unisma. Lokasinya di seberang kampus Unisma dekat flyover. Menu utamanya ya tentu saja SROTO. Kalau ingin cemilan, kita bisa menyomot mendoan. Bumbu kacangnya enak bangett. Makin terasa enak karena makannya diselingi ngobrol ngalor-ngidul dan bercanda ke sana ke mari. Kadang-kadang, bahas hal-hal yang absurd juga. SROTO SOKARAJA DEPAN UNISMA ini seolah menjadi saksi perjalanan saya dan teman-teman dari mulai belum punya karya sama sekali sampai sudah berkiprah sesuai dengan "keyakinan" masing-masing (penulis buku, penulis skenario, selebgram, blogger, penulis konten, dll).
Kemudian yang kedua, BAKSO SONHAJI LAMPUNG. Tidak seperti Bekasi yang saya tinggali selama 4 tahun, di Bandar Lampung ini saya hanya tinggal 3 bulan saja saat suami OJT. Meskipun hanya 3 bulan, tapi toh saya punya tempat penuh kenangan juga. BAKSO SONHAJI, namanya. Sebenarnya selain bakso, ada juga mie ayam. Jadi yaa kita tinggal pilih aja mau yang mana. Lokasinya ada di beberapa titik. Cuma kalau yang sering saya datangi yang lokasinya dekat Gramedia Raden Inten. Tempat ini menjadi salah satu tempat saya menunggu suami kalau dia main badminton.
Berikutnya, yang ketiga, BAKSO LIKMIN BALIKPAPAN. Fixed, saya memang pecinta bakso. Enggak heran, kalau pergi ke mana entah untuk tinggal menetap atau sementara, yang sering saya tanyakan pertama kali biasanya adalah "di mana bakso yang enak atau khas di sini?" Beruntung, saat suami dipindah ke Balikpapan 2013 silam, saya langsung menemukan bakso idaman. BAKSO LIKMIN, namanya. Lokasinya dekat terminal Damai, dekat lampu merah. Menunya ada bakso dan mie ayam. Tapi kalau saya biasanya lebih suka pesan bakso. Pegawainya ramah dan cekatan. Kalau Sabtu atau Minggu, siap-siap enggak dapat tempat atau antree karena emang ramaii bangett. Lik Min, pemilik bakso ini, dulunya jualan dengan gerobak keliling. Berbekal kerja keras, ketekunan, dan kesabaran, akhirnya Lik Min bisa buka warung bakso sendiri di lokasi yang strategis dan mempekerjaan lumayan banyak pegawai. Selain itu, Lik Min juga sukses juga merebut hati penduduk Balikpapan termasuk penduduk sementara seperti saya saat itu. Kok saya tahu banget, sih? Emang ada hubungan apa? 🤣 Saat itu, salah satu teman aktivis, Mb Ery namany, memberi tahu saya tentang jungkir baliknya Lik Min sebagai pengusaha bakso. Salut, dah! Menginspirasi. Eh, iyaa, tempat bakso ini jadi salah satu tempat saya dan teman-teman "mangkal", misal sebelum rapat organisasi, sesudah senam, sebelum arisan, dll.
Yang keempat, ES CAMPUR PAK SAID KOTA WISATA BATU. Sedikit berlarii ke belakang, ya. Tepatnya, saat saya SMP. Saat itu, saya dan teman-teman kerap ke sini sepulang sekolah. Siang-siang, panas-panas, maka minum es campur adalah sebuah keniscayaan. 🤣 Kami sering ke tempat es campur Pak Said yang lokasinya dekat masjid An-Nur. Selain ramah, beliau juga mempersilakan anak-anak sekolah yang jadi langganannya untuk nambah. Nikmat Allah mana yang kamu dustakan, ya. Saya sendiri waktu itu ngerasa sungkan sih mau nambah. Malu padahal mau. LOL. Sampai sekarang, Pak Said yang bisa naik haji dari hasil jualan es campur masih eksis. Profil beliau bahkan beberapa kali menghiasi koran NASIONAL. Ikut bangga. Warung es campur Pak Said seolah menjadi saksi sejarah penting... mahapenting... bahwa saya pernah superrkurus. :)
Yang terakhir, kelima, TAHU TELOR JALAN MAWAR MALANG. Saya dan suami yang saat itu masih berseragam abu-abu menemukan tahu telor ini secara enggak sengaja. Hujan deras dan butuh tempat berteduh. Alhasil, kami yang waktu itu berada di lokasi sekitar "kejadian" (pas mau latihan senam di rumah teman) langsung berhenti di warung makan yang ternyata jualan tahu telor. Enggak dinyana, bermula dari ketidaksengajaan itulah, kami jadi pelanggan setia. Bahkan setiap pulang kampung, makan di tahu telor Jalan Mawar menjadi hal wajib. Ibu penjual menjadi saksi dari mulai kami masih sama-sama kurus sampai mengembang. Beliau lumayan akrab dengan kami. Sayang, kini tahu telor ini sudah tutup alias enggak jualan lagi. Suami sang ibu wafat, anak beliau juga sudah menikah. Entah, alasannya apa. Kami juga enggak tahu, tapi bisa jadi karena beliau sudah enggak ada suami lagi. Anak juga sudah ikut suami. Karena duluu, kami sering melihat mereka bekerja sama melayani pembeli. Sedih, sebenarnya. Apalagi, tahu telor ini adalah tahu telor paling enak dan yang bumbunya berasaaa bangett yang pernah kami temui. Saya dan suami sempat beberapa kali beli tahu telor di tempat lain, tapi rasanya masih kalah jauh dengan tahu telor langganan kami. Sedih. Sekarang hanya tinggal nama.
Membicarakan tempat makan kenangan memang tidak akan pernah ada habisnya. Lebih-lebih, jika saksi sejarah itu sudah enggak ada. Entah karena tergerus waktu atau sebab lain. Rasanya semacam... menyesal. Zaman bisa berubah, yang baru dan lebih menarik boleh saja berdatangan, tapi yang penuh kenangan tidak akan mungkin bisa hilang dalam ingatan. Selalu istimewa. Seperti apa pun keadaannya. Teman-teman juga begitu, kan?
9 comments
Setiap ke Lampung nengok mertua, saya belum kesampaian aja makan bakso Sonhaji itu. Ntar kalau kesana lagi diniatin bener-bener ah...😅
ReplyDeleteXixixi
DeleteIya, Tehh
Wajib 😂😂
tahu telor jalan mawar itu ternyata legend sekali ya, tapi kok udah tinggal nama padahal udah lama banget gak beli tahu telornya :(
ReplyDeleteEmberr
DeleteJeng Uphiet suka juga ternyataa
Xiixi
Baru tahu
Aduh melting buat closingnya hehehe
ReplyDeleteWkkk
DeleteSrotooooo... Terlalu banyak kisah di tempat ini wkwkw.. lebay.. Cuma itu doang yg pernah makan. Selebihnya in syaa Allah nanti deh kl ke Malang.
ReplyDeleteFotonya dong, Mi
Wkkk y itu bun fotony mencar2 entah ke mana
DeleteSaya cucu dari yg punya sroto unisma mas, embah saya sudah lebih dari 10 tahun jualan di unisma..
ReplyDeleteEmbah laki sudah meninggal , hanya tinggal embah perempuan,, saya berharap nanti bisa meneruskan usaha embah lagi..
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)