Jangan Baper ketika Profesimu sebagai Ibu Rumah Tangga Dipandang Sebelah Mata
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - October 22, 2018
“Lho, kamu ngerti? Oh, kirain cuma tahu panci sama wajan aja,”
“Sayang banget sihh kamu sekolah dan kuliah jadi yang terdepan eh lha kok ujung-ujungnya berakhir tragis cuma jadi ibu rumah tangga,”
“Udahlah, kamu enggak bakal ngerti. Yang paham gini cuma yang kerja aja,”
“Urusin popok dan bedong aja sana enggak usah mumet ngurusin negara. Cuma ibu rumah tangga aja, lho,”
Daann, opini-opini “indah” serupa yang poinnya sama, yakni mendiskreditkan profesi mulia yakni ibu rumah tangga. Pernah mendengar yang seperti itu?
What should We say or do jika dalam posisi “diteror” seperti itu? Marah? Nangis? Rendah diri? Merasa enggak berguna? Udah enggak zaman lagi drama queen, Bund.
Inilah sikap-sikap bijak, cerdas, dan cantik yang bisa kita ambil.
1. We must realize that everyone has their own opinion apalagi di zaman serba bebas seperti sekarang
Kita mesti sadar sesadar-sadarnya Bun bahwa setiap orang BER-HAK beropini apa saja sesuka hati mereka. Jangankan masalah “ibu rumah tangga”, kita berprofesi sebagai yang lain pun enggak terlepas dari opini negatif.
“Ih, enak kamu kerjaan nyantai, gaji dah pasti. Beda sama aku,”
“Enak ya kamu jadi ANU bisa makan gaji buta. Kalau aku, enggak muter otak ya enggak dapat duit,”
Padahal yang digituin bisa jadi enggak sama seperti yang lain, bisa jadi kerjanya amanah. Tapi yang udah telanjur berprasangka negatif pasti enggan melihat yang seperti itu.
Jadii, enggak hanya ibu rumah tangga aja kan Bun yang dikomen. Setiap orang berhak berprasangka apa aja, itu urusan mereka sama Allah. Yang penting kita mah don't take it personally alias santaii dan stay cool.
2. Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang mau meng-upgrade ilmu sesuai zaman.
Duluu, ibu rumah tangga memang tidak bisa seekspresif sekarang. Sehingga boleh dikatakan “gerak”nya kurang leluasa. Sekarang? Enggak usah ditanyaa. Banyak ibu rumah tangga yang jadwalnya padat ngalah-ngalahin direktur utama perusahaan, mulai dari ngurusin suami, antar jemput anak, ngurusin rumah, memilih menu sehat, pengajian, ngajar atau kuliah online, jadi aktivis kemanusiaan, ikut organisasi kewanitaan, jadi peneliti, jadi buzzer, daann masih banyak lagi.
Nah, jadi mungkin yang masih menganggap ibu rumah tangga itu enggak berguna kurang update info. Kitalah yang mesti nyadar, Bun. Enggak usah minta dimengerti. Mending ngurusin yang lebih berguna. Pepatah Jawa bilang, “Sing waras ngalah,”
3. Lagi-lagi kitaa harus menyadari bahwaa tidak semua orang bisa move on dari masa lalu
Duluuu, kenyataannya memang ibu rumah tangga banyak disepelekan, disuruh diam, & pendapatnya tidak diperhitungkan. Kita bisa sedikit mengetahui hal tsb dari novel-novel yang setting-nya zaman penjajahan.
Sekarang? Kondisi sudah sangat jauh berbeda 180 derajat. Ibu rumah tangga zaman sekarang bahkan punya sekolah/komunitas/grup online/apapun namanya yang isinya hal-hal edukatif dan produktif.
Sayangnya, tidak semua orang yang hidup di masa sekarang memiliki wawasan yang up to date sesuai zaman. Masih banyak jugaa yang berpikir bahwa ibu rumah tangga itu ya pasti enggak jauh-jauh dari hal-hal domestik. Ya udahlah Bun, masa mau debat kusir sama yang berpandangan seperti itu. Mending kita teruss meng-upgrade ilmu agar cantik luar dalam.
4. Sadari bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia
Menyikapi komentar, “Lulusan cumlaude masa cuma jadi ibu rumah tangga?” itu juga harus positif Bun. Jangan fokus di kalimat terakhir, fokuslah di kalimat pertama.
Jika Bunda termasuk yang dulunya siswa/mahasiswa berprestasi atau diperhitungkan, it means yang bilang begitu sebenarnya memuji hanya saja caranya sedikit sangar. Jadi seharusnya Bunda tersanjung, bukannya malah terpuruk dan merasa hidup tidak berguna.
Dengan ilmu yang sudah Bunda dapatkan di sekolah atau kampus, Bunda bisa kok produktif dari mana saja termasuk dari rumah. Tentu semuanya disesuaikan dengan kondisi ya, Bun.
Pepatah mengatakan “Daripada mengutuk kegelapan kenapa enggak menyalakan lilin”. Daripada mengutuk hal-hal yang tidak atau belum bisa dilakukan kenapa tidak fokus ke hal-hal yang bisa dilakukan? Toh untuk menuju Jakarta enggak hanya dengan satu cara, ada banyak cara. Kenapa memenjarakan pikiran hanya dengan satu cara? Kenapa tidak memikirkan cara lain yang selama ini mungkin diabaikan.
5. Kita tidak butuh sanjungan atau persetujuan orang lain untuk merasa berharga atau untuk maju
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Jangan menjelaskan tentang dirimu karena yang tidak suka tidak akan pecaya dan yang suka tidak butuh itu,”
Untuk menjadi bunda yang percaya diri tidak perlu nunggu orang lain tepuk tangan atau menyanjung dulu, Bun. Toh, karena udah menikah dan punya anak, pastinya kita sudah dewasa ya, sudah menjadi pribadi mandiri yang enggak perlu mengekor orang lain untuk melakukan sesuatu karena kita punya prinsip sendiri.
Mau dikatakan ibu rumah tangga itu gak ada gunanya atau dikatakan ibu rumah tangga enak-enakan tinggal duduk manis, semuanya enggak akan berpengaruh apa-apa jika kita tidak tersulut arus dan emosi. Kita tetap fokus dengan visi misi kita sendiri.
6. Tidak semua orang ingat mereka lahir dari mana
Bukan sarkas ya Bun, tapi kenyataan. Logikanya kalau setiap orang ingat lahir dari rahim siapa, pastinya enggak akan menyakiti, pasti menghormati.
Berhubung manusia adalah makhluk yang mudah lupa dan ingkar seperti yang tertulis dalam salah satu ayat di Al-Quran, jadi sadari aja jika ada yang meremehkan/mencela ibu rumah tangga. Semoga kita tidak termasuk yang begitu ya, Bund. Aamiin.
7. Hanya orang-orang tuluslah yang menghargai orang lain
Orang-orang yang tulus dan sadar bahwa semuaa yang didapat adalah karena campur tangan Allah alias enggak murni usaha sendiri, pasti bisa menghargai siapa saja, termasuk profesi tak kasat mata yaitu ibu rumah tangga.
Jadi enggak usah buang-buang waktu untuk kesal atau marah ketika ada yang memandang sebelah mata profesi ibu rumah tangga. We can't change anyone easily. Bagaimana, Bund? Jangan menghibur diri dengan kalimat “ibu rumah tangga bayarannya surga”, jangan, Bun. Karena alah surga neraka itu murni hak prerogatif Allah. Menghibur diri seperti itu hanya menandakan bahwa sebenarnya kita kurang ikhlas. Lakukanlah semuanya dengan gembira dan bahagia serta total. Sisanya, serahkan sama Allah yang sudah pasti dan terbukti tidak pernah mengecewakan hamba-Nya.
Sumber: tulisan saya di ummi-online
(Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community)
15 comments
Yup, bener banget poin-poin di atas. Kalau saya sih lebih suka tutup kuping dengan omongn2 miring orang lain.
ReplyDeleteSepakat banget, Mba. Apa pun itu, akan selalu ada orang-orang yang berkomentar miring. Dibawa santai aja karena kalau dibawa baper malah bisa bikin sakit hati sendiri.
ReplyDeleteSantai, ndak perlu baper ibu rumah tangga adalah tugas yang paling mulia SEMANGAT untuk kita semua
ReplyDeleteSejauh ini belum pernah ada sih yang nyinyirin saya terang-terangan hehe gak tau kalo di belakang. Kalaupun ada, saya pilih moving forward a.k.a EGP hihihi
ReplyDeleteSejauh ini belum pernah ada sih yang nyinyirin saya terang-terangan hehe gak tau kalo di belakang. Kalaupun ada, saya pilih moving forward a.k.a EGP hihihi
ReplyDeleteWuahhhh, makasih banyak mbaa sharing nya. Point no 6 daleeem banget maknanya
ReplyDeleteIbu rumah tangga adalah orang paling sibuk sedunia 😍
ReplyDeleteHuahhhh uda pernah berada di fase iniiiiii, Alhamdulillah berhasil melewatinyaaaa 😘
ReplyDeletebener banget mbak itu seluruh isi tulisannya
ReplyDeletetetep bangga menjadi IRT, tentunya kita juga harus jadi IRT yang membanggakan dan bermanfaat terutama untuk keluarga dan sekitar kita
hidup IRT!
Orang nyinyir pasti ada aja yah,, tinggal kita aja bgmn menghadapinya, dan saya setuju sama tulisan mb walaupun saya belum jadi IRT 😁
ReplyDeleteThanks sharingnya mb 😊
Setuju mb....
ReplyDeletePokoknya ibu rumah tangga tuh hebat...
Apalagi jaman sekarang ibu rumah tangga produktif banget..selalu bisa kerjain apa aja dan menghasilkan uang.
Betul, Mbak. Saya pun pernah mendapatkan omongan kaya gini. Intinya sih biarlah mereka bicara apa, yang terpenting mengurus anak dan keluarga. Biarlah mereka memberikan komentar,mungkin belum tahu ilmunya.
ReplyDeleteSaya ipar paling kecil di keluarga suami, dua ipar cewek lainnya semua kerja bareng suami sementara saya jadi IRT sejak punya anak. Awalnya baper banget, ngerasa underrated. Tapiii aku setuju dgn kutipan di atas, gak semua harus dijelaskan karena sebenarnya orang juga gak butuh mengerti. Soo, mari kita urus diri masing-masing aja ya. Hidup emak-emak! 😄
ReplyDeleteBener mbak. Saya kalau ditanya sibuknya apa? Bingung jawabnya. Kesibukan ibu rumah tangga itu tak terlihat. Uadaaa aja yang harus dikerjakan.
ReplyDeleteSeketika berkalut dg pikiran sndiri. Dan ketik apa yg ada dlm pikiran d Gugel. Dan ada tulisan ini yg teratas. Ku klik. Dan aku hy menangis...
ReplyDeleteSbnrnya, kita di dunia itu TDK lepas dr smua omongan orang. 😢
Smoga sy bs melewati masa² krisis ini.
Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)