Menulis Buku Semudah Makan Kudapan
By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - April 19, 2018
Tulisan saya kali ini juga ada di ummi-online.
Saat ini, profesi penulis bukanlah sesuatu yang asing lagi. Bahkan, profesi tersebut bisa dijadikan salah satu pilihan utama dalam berkarier. Jika kita merasa memiliki passion di dunia menulis & ilmu di bidang tertentu yang mumpuni, mengapa tidak mencoba terjun ke dunia tulis-menulis? Selain bisa berbagi ilmu, kita juga bisa mendapatkan uang. Menyenangkan, bukan?
Meski demikian, tidak sedikit yang berkomentar bahwa bikin buku itu susahh.
Mau nulis apa juga enggak tahu. Belum-belum sudah nyerah duluan. Padahall,
menulis buku itu bisa dikatakan relatif mudah. Siapa pun bisa asalkan mau.
Nah, sebelum kita yang memiliki minat di dunia penulisan masuk lebih dalam,
alangkah baiknya jika mengenal proses pembuatan buku terlebih dahulu agar
memiliki bayangan sekaligus membuktikan bahwa ternyata menulis buku itu
semudah… makan camilan alias kudapan. Hehehe.
Secara garis besar, proses pembuatan buku bisa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. atas inisiatif sendiri/penulis atau
2. karena pesanan
2. karena pesanan
Yang pertama, proses pembuatan buku atas inisiatif sendiri
a. Penulis menentukan tema sendiri
Dari mana tema diperoleh? Ya suka-suka penulisnya. Tapi untuk membantu agar
enggak bingung, penulis bisa melihat beberapa indikator ini untuk menentukan
tema:
- suka
nulis buku apa?
- ahli di
bidang apa?
- kerja
atau bergelut di bidang apa?
- bisa
juga menulis buku yang lagi tren atau yang sedang disukai masyarakat
b. Putuskan ingin menulis dalam bentuk apa? fiksi atau nonfiksi?
c. Tema udah dapet, selanjutnya adalah kerangka karangan atau outline
Inti dari outline sebenarnya untuk memudahkan jalan si penulis, biar tetap
terarah dan enggak melebar ke mana-mana.
Bentuk outline pun enggak pakem aliaas sesuai kebutuhan, tapi biasanya
begini
- Tema
buku:
- Judul:
(nanti bisa berubah)
- Penulis:
- Bentuk
tulisan: kocak, resmi seperti karya tulis, nyantai, lebay, atau gimana?
- Referensi
tulisan: isi tulisan kita dari mana asalnya? Wawancarakah? Dari buku-buku
lain? Atau gimana
- Pangsa
pasar: menjelaskan buku kita ini untuk siapa? Ibu-ibu atau remaja atau
siapa?
- Bab I:
ngomongin apa?
- Bab II:
ngomongin apa?
- Dll
Kalau toh nanti ada yang berubah atau revisi di tengah jalan ya enggak
masalah.
Outline itu mirip rencana anggaran. Dalam praktiknya bisa melebar atau
sebaliknya. Tapi yang jelas karena udah ada pijakan atau pakem, mau berbelok
pun juga masih terarah. Enggak sampai yang melebar jauh. Misal di awal
ngomongin ibu bekerja, tapi lama-lama kok membahas gerhana matahari? Hubungannya?
d. mulai menulis
Targetkan sehari berapa halaman. Enggak usah muluk-muluk kalau kita
supersibuk. Cukup sehari sehalaman. Itu artinya, dalam empat bulan sudah
terkumpul 120 halaman atau satu buku. Dalam setahun udah tiga buku. Sangat
mending banget ya daripada enggak sama sekali.
e. sambil menulis, kita boleh banget ngelirik penerbit yang kira-kira akan
kita tembak
f. jika naskah sudah selesai, jangan langsung dikirim ke penerbit, tapi
endapkan dulu beberapa hari kemudian baca lagi
Biasanya di tahap ini, kita akan menemukan kesalahan tulis atau semacamnya
g. kirim ke penerbit via email dengan format:
- subyek
jangan kosong
- badan
email berisi salam pembuka, perkenalan kita siapa, kita mau apa, naskah
kita tentang apa, penutup, & nomor yang bisa dihubungi
- lampiran:
naskah (boleh lengkap atau separuh jalan)
h. sebulan atau maksimal tiga bulan kemudian, kita bisa meminta kepastian
Kalau ditolak, kita bisa bertanya kenapa, kemudian kita revisi dan kirim ke
penerbit lain. Kalau diterima, siap-siap diminta revisi jika ada dan siap-siap
menerima Surat Perjanjian Penerbitan
Yang kedua, proses pembuatan buku karena pesanan
Siapa yang pesan? Penerbit atau agen naskah, jadi
mereka yang menghubungi kitaa atau kita yang mengajukan diri pada
mereka.
Prosesnya serupa walau ada yang beda.
Kalau di agen naskah, kita dapat SPK atau surat perjanjian kerja yang
isinya meminta kita untuk menulis naskah sekian halaman dengan tarif sekian dan
dibayar tanggal sekian.
a. Tema naskah
Dapat dari mereka, kita
tinggal ngembangin. Kalau semisal temanya enggak kita banget ya enggak usah
diterima.
b. Outline
Biasanya penerbit atau
agen naskah meminta kita membuat outline sekaligus contoh tulisan. Jika cocok
ya lanjut, jika enggak ya putus
c. Dapat SPK
It means naskah kita 99,9% terbit
d. Kalau pesanan penerbit, kita baru dapat kejelasan setelah naskah selesai
dan kita kirim
e. Deadline
Tidak bisa sesuka hati seperti nulis dengan inisiatif sendiri.
Nulis di agen naskah, diberi DL 2 sampai 3 minggu untuk 120 halaman.
Penerbit, DL 1 bulanan atau lebih.
f. Naskah kemungkinan besar diterbitkan
Secara sederhana, itu saja alur proses pembuatan bukuu.
Yang bikin lama apa??
Kalau dari sisi penulis ya enggak nulis-nulis alias yang bersangkutan
sendiri, orang/pihak lain sifatnya hanya mengingatkan atau ngasih pompom atau
menyemangati
Kalau dari sisi penerbit ya karena harus antreee. Setiap hari ada ratusan
naskah masuk via email
Happy writing and enjoy the process!!